1. Abad XX [yang baru berlalu] dapat disebut sebagai abad industrial,
sedang Abad XXI [yang baru datang menjelang] dapat disebut sebagai abad
pengetahuan. Kita sedang memasuki dan berada dalam abad pengetahuan. Dalam abad
pengetahuan segala sesuatu lebih bertumpu atau berbasis pengetahuan, tanpa
tumpuan atau basis pengetahuan sesuatu akan tergeser, terpinggirkan, bahkan
tergusur. Kita telah menyaksikan dengan jelas beberapa gejala: perekonomian bertumpu
pengetahuan, teknologi bertumpu pengetahuan, pekerjaan bertumpu pengetahuan
[termasuk pekerja berpengetahuan], dan kegiatan-kegiatan lain juga bertumpu
pengetahuan. Karena itu, Peter Druckes dalam New Realities memaklumkan
kehadiran masyarakat berpengetahuan, melanjutkan [atau malah menggantikan?]
dominasi masyarakat informasi dan industrial, masyarakat pertanian
[pra-industrial], dan masyarakat pra-pertanian. Dalam masyarakat
berpengetahuan, manusia-manusia tanpa pengetahuan niscaya akan tergeser dan terpinggirkan,
bahkan kalah karena mereka tidak akan mampu memasuki dan berkiprah pada
berbagai aktivitas utama kehidupan manusia [ekonomi, pekerjaan, dan lain-lain]
yang notabene berbasis pengetahuan. Dalam pada itu, manusia-manusia
berpengetahuan akan unggul dan berjaya karena mereka niscaya mampu memasuki dan
eksis dalam berbagai aktivitas utama kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan
telah menjadi modal dasar keunggulan dalam abad pengetahuan sekarang.
2. Oleh karena itu, tegas Thomas A. Stewart dalam Intellectual Capital
(1997), betapa penting, utama, dan sentralnya keberadaan dan peranan modal
pengetahuan atau intelektual dalam abad pengetahuan. Dengan modal
pengetahuan [intelektual] yang bermutu dan unggul, seseorang [atau sekelompok
masyarakat] niscaya mampu eksis, unggul, berjaya, dan berkiprah secara berarti
dalam suatu bidang kehidupan mutakhir selain mereka juga mampu berkembang
dengan baik. Sebaliknya, dengan modal pengetahuan yang terbatas, “pas-pasan”,
apalagi usang, seseorang [atau sekelompok masyarakat] niscaya akan terancam,
terpinggirkan, malah tergusur dari bidang kehidupan mutakhir. Hal ini
mengimplikasikan, manusia berpengetahuan atau yang mempunyai modal pengetahuan
akan menjadi manusia bermutu dan unggul, sedang manusia yang tidak memiliki
modal pengetahuan akan menjadi manusia “terbelakang” dan serba kalah. Lebih
lanjut, hal ini menunjukkan betapa penting dan sentralnya modal manusia bagi
pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan manusia dan masyarakat. Tidak
mengherankan, dalam buku The Quality of Growth yang ditulis atas nama
Bank Dunia dan dipublikasikan oleh Bank Dunia (2000), modal manusia telah
dianggap sebagai aset paling utama kualitas pertumbuhan dan pembangunan yang
akan mendatangkan kesejahteraan. Dikatakan dalam buku itu bahwa “Secara umum,
aset yang penting bagi pertumbuhan dan pembangunan adalah modal manusia, modal
fisik, dan modal alam” (xxxiv). Jadi, modal manusia khususnya modal pengetahuan
yang bermutu merupakan aset [paling] utama untuk memasuki atau berselancar-ria
dalam abad pengetahuan. Bahkan modal manusia dan pengetahuan juga menjadi
investasi paling berharga dalam abad pengetahuan, jauh melebihi investasi uang
dan tanah.
3. Sehubungan dengan itu, pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia
dan modal pengetahuan menjadi tugas, imperatif, dan tantangan bagi semua
individu, masyarakat, dan bangsa jika ingin selamat memasuki dan mampu
berkiprah dalam abad pengetahuan. Individu yang mampu mengembangkan dan
meningkatkan mutu modal pengetahuannya pasti akan mampu bermain dan berjaya
dalam kehidupan abad pengetahuan. Masyarakat dan bangsa yang mampu
mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan pengetahuan mereka
niscaya akan menjadi masyarakat dan bangsa unggul dan berperanan dalam abad
pengetahuan. Sebab itu, tidak mengherankan, individu-individu,
masyarakat-masyarakat, dan bangsa-bangsa di dunia [termasuk ke dalamnya lembaga
atau organisasi masyarakat dan bangsa] sibuk dan disibukkan oleh
kegiatan-kegiatan pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal
pengetahuan.
4. Dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan modal
pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran telah dipandang oleh pelbagai kalangan
sebagai wahana, wadah, dan jalur yang sangat utama dan vital sehingga mempunyai
kedudukan, fungsi, dan peranannya sangat penting, strategis, bahkan taktis.
Pada galibnya, individu, masyarakat, dan bangsa yang terobsesi untuk
mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan modal pengetahuan
menempatkan dan memperlakukan pendidikan dan pembelajaran sedemikian penting
dalam kehidupan di samping memprioritaskan pemenuhannya. Dapat dikatakan, hal
ini juga telah menjadi obsesi dan program berbagai pemerintah negara di dunia
terutama negara Barat dan sebagian negara berkembang. Tidak kurang, berbagai
pemerintah negara di dunia Barat telah menjadikan pendidikan dan pembelajaran
sebagai prioritas utama untuk dipenuhi. Ratu Elizabeth II dari Inggris,
misalnya, dalam Pidato Ratu Inggris di Depan Parlemen pada 14 Mei 1997 dengan
tegas menyatakan: “Prioritas utama pemerintah sekarang adalah pendidikan.
Pemerintah berusaha keras meningkatkan standar pendidikan di sekolah dan
perdosenan tinggi, serta berupaya menggalakkan program belajar terus-menerus di
tempat kerja”. Sekarang pun pemerintahan Partai Buruh di bawah pimpinan Perdana
Menteri Tony Blair dengan gencar mengampanyekan program utama politiknya.
Pemerintahan Blair dengan lantang menyatakan bahwa tiga prioritas utama
pemerintah Inggris saat ini adalah: Pendidikan, Pendidikan, dan Pendidikan.
Ini sesuai dengan isi deklarasi pemerintahan Bill Clinton dari Amerika Serikat
yang juga memfokuskan program politiknya pada sistem pendidikan. Program
politik berfokus pembenahan sistem pendidikan ini juga dilanjutkan oleh George
W. Bush [meskipun berasal dari Partai Republik] seperti tertuang dalam
cetak-biru [blue-print] program pendidikan pemerintahan Bush.
Sebagaimana dikemukakan dalam buku Japan Education in Crisis, pemerintah
negara Jepang sekarang juga sedang sibuk menangani dan membenahi pendidikan dan
pembelajaran karena merasa pendidikan Jepang berada dalam krisis. Negara jiran
kita – Malaysia
dan Brunei Darussalam, apalagi Singapura – juga memberi prioritas utama kepada
pendidikan dan pembelajaran sebagaimana tersirat dalam alokasi anggaran pendidikan
dan kesungguhan membenahi berbagai aspek pendidikan dan pembelajaran. Jika kita
hendak dan berkomitmen tinggi untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu model
manusia dan pengetahuan, maka mau tak mau kita harus memprioritaskan dan
mengutamakan pendidikan dan pembelajaran. Walhasil dapat disimpulkan bahwa
pendidikan dan pembelajaran telah diakui dan diyakini sebagai pintu utama atau
“jalan tol” untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu modal manusia dan modal
pengetahuan.
5. Agar pendidikan dan pembelajaran benar-benar mampu dan berfungsi
sebagai pintu utama pengembangan dan peningkatan mutu modal manusia dan
pengetahuan yang dibutuhkan pada Abad XXI yang notabene abad
pengetahuan, pendidikan dan pembelajaran yang ada dan dipakai sekarang harus
dibenahi, bahkan diredesain agar cocok-sesuai [compatible] dengan abad
pengetahuan. Pembenahan atau redesain pendidikan dan pembelajaran diperlukan
karena pendidikan dan pembelajaran kita sekarang merupakan peninggalan atau
model pendidikan dan pembelajaran abad industrial, padahal abad pengetahuan
sekarang membutuhkan model pendidikan dan pembelajaran. Seperti apakah model
pendidikan dan pembelajaran abad industrial? Seperti apa pula model pendidikan
dan pembelajaran abad pengetahuan yang dibutuhkan? Trilling dan Hood dalam Learning,
Technology, and Education Reform in the Knowledge Age (1999) mencoba
mendeskripsikan karakteristik keduanya sebagai berikut.
Pendidikan
dan Pembelajaran Abad Industrial versus Abad Pengetahuan
Menurut Trilling dan Hood
ABAD INDUSTRIAL
|
ABAD PENGETAHUAN
|
Teacher-as-Director
|
Teacher-as-Facilitator, Guide, Consultant
|
Teacher-as-Knowledge Source
|
Teacher-as-Co-learner
|
Curriculum-directed Learning
|
Student-directed Learning
|
Time-slotted, Rigidly Scheduled Learning
|
Open, Flexible, On-demand Learning
|
Primarily Fact-based
|
Primarily Project-& Problem-based
|
Theoretical, Abstract
|
Real-world, concrete
|
Principles & Survey
|
Actions & Reflections
|
Drill & Practice
|
Inquiry & Design
|
Rules & Procedures
|
Discovery & Invention
|
Competitive
|
Collaborative
|
Classroom-focused
|
Community-focused
|
Prescribed Results
|
Open-ended Results
|
Conform to Norm
|
Creative Diversity
|
Computers-as-Subject of Study
|
Computers-as-Tool
for all Learning
|
Static Media Presentations
|
Dynamic Multimedia Interactions
|
Classroom-bounded Communication
|
Worldwide-unbounded Communication
|
Test-assessed by Norms
|
Performance-assessed by Expert, Mentors, Peers
& Self
|
Sementara itu, Thomas, Mergendoller, dan Michaelson dalam tulisan Project-Based
Learning: A Handbook for Midle and High School Teachers (1999)
mendeskripsikan ciri-ciri pembelajaran yang dibutuhkan sekarang sebagai
berikut.
Perbedaan
Pembelajaran Tradisional dan Pembelajaran Mutakhir menurut Thomas,
Mergendoller, dan Michaelson
ASPEK PENDIDIKAN
|
PENEKANAN TRADISIONAL
|
PENEKANAN MUTAKHIR
|
Fokus kurikulum
|
Cakupan isi
|
Kedalaan pemahaman
|
|
Pengetahuan tentang fakta-fakta
|
Penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
|
|
Belajar keterampilan “building-block” dalam
isolasi
|
Pengembangan keterampilan pemecahan masalah
kompleks
|
Lingkup dan Urutan
|
Mengikuti urutan kurikulum secara ketat
|
Mengikuti minat pembelajar
|
|
Berjalan dari blok ke blok atau unit ke unit
|
Unit-unit besar terbentuk dari problem Dan isu
yang kompleks
|
|
Memusat, fokus berbasis disiplin
|
Meluas, fokus interdisipliner
|
Peranan dosen
|
Penceramah dan direktur pembelajaran
|
Penyedia sumber belajar dan partisipan di dalam
kegiatan belajar
|
|
Ahli
|
Pembimbing/partner
|
Fokus pengukuran
|
Produk
|
Proses dan produk
|
|
Skor tes
|
Pencapaian yang nyata
|
|
Membandingkan dengan yang lain
|
Unjuk kerja standard dan kemajuan dari waktu ke
waktu
|
|
Reproduksi informasi
|
Demonstrasi pemahaman
|
Bahan-bahan Pembelajaran
|
Teks, ceramah, Dan presentasi
|
Langsung sumber-sumber asli: bahan-bahan
tersectak, interviu, dokumen, dll.
|
|
Kegiatan dan lembar latihan dikembangkan dosen
|
Data dan bahan dikembangkan oleh pembelajar
|
Penggunaan teknologi
|
Penyokong, periferal
|
Utama, integral
|
|
Dijalankan dosen
|
Diarahkan pembelajar
|
|
Kegunaan untuk perluasan presentasi dosen
|
Kegunaan untuk memperluas presentasi pembelajar
atau penguatan kemampuan pembelajar
|
Konteks kelas
|
Pembelajar bekerja sendiri
|
Pembelajar bekerja dalam kelompok
|
|
Pembelajar kompetisi satu dengan lainnya
|
Pembelajar kolaboratif satu dengan lainnya
|
|
Pembelajar menerima informasi dari dosen
|
Pembelajar mengkonstruksi, berkontribusi, dan
melakukan sintesis informasi
|
Peranan pembelajar
|
Menjalankan perintah dosen
|
Melakukan kegiatan belajar yang diarahkan oleh
diri sendiri
|
|
Pengingat dan pengulang fakta
|
Pengkaji, integrator, dan penyaji ide
|
|
Pembelajar menerima dan menyelesaikan
tugas-tugas laporan pendek
|
Pembelajar menentukan tugas mereka sendiri Dan
bekerja secara independen dalam waktu yang besar
|
Tujuan jangka pendek
|
Pengetahuan tentang fakta, istilah, dan isi
|
Pemahaman dan aplikasi ide dan proses yang
kompleks
|
Tujuan jangka panjang
|
Luas pengetahuan
|
Dalam pengetahuan
|
|
Lulusan yang memiliki pengetahuan yang berhasil
pada tes standard pencapaian belajar
|
Lulusan yang berwatak dan terampil mengembangkan
diri, mandiri, dan belajar sepanjang hanyat.
|
Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa banyak aspek [baik
aspek makro maupun aspek mikro] pendidikan dan pembelajaran kita yang memang
harus dirombak atau dibenahi agar pengembangan dan peningkatan mutu modal
manusia dan modal pengetahuan dapat dilaksanakan secara tepat-sasaran dan
sesuai dengan kebutuhan abad pengetahuan. Meminjam kata-kata Dryden dan Vos
dalam buku The Learning Revolution (1997;2001) dan Tilaar dalam Pendidikan
Abad XXI Menunjang Knowledge Based Economy (2001), memang revolusi
pendidikan dan pembelajaran perlu dilaksanakan. Atau meminjam istilah banyak
kalangan pendidikan Indonesia [sebutlah pemerintah khususnya Bappenas dalam
buku Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (2001), Mochtar
Buchori dalam Pendidikan Antisipatoris (2001), dan Paul Suparno dkk.
dalam buku Reformasi Pendidikan (2002), reformasi pendidikan dan
pembelajaran perlu dilakukan supaya pendidikan dan pembelajaran dapat secara
fungsional dan signifikan serta optimal menjadi wahana, wadah, dan jalur
pengembangan dan peningkatan modal manusia dan modal pengetahuan yang sangat
dibutuhkan dalam abad pengetahuan sekarang.
0 comments:
Post a Comment