Saturday, March 4, 2017
Penumbuhan Budi Pekerti
Published :
3:20 AM
Author :
NURIL ANWAR
Penumbuhan Budi Pekerti, workshop IHt di Vocsten Malang
PENUMBUHAN
Kemendikbud merancang aturan tentang penumbuhan budi pekerti ini sebagai gerakan.
Gerakan berarti menjadikan aturan ini sebagai milik bersama
Penumbuhan budi pekerti tak cukup hanya diterapkan di sekolah.
Ia adalah proses menyeluruh.
Dari sisi tempat, berarti dipraktikkan di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar; dari sisi waktu, berarti senantiasa dilaksanakan setiap waktu; dari sisi pelaku, berarti dilakukan oleh semua pelaku pendidikan.
• GERAKAN
Kemendikbud menggunakan istilah penumbuhan, bukannya penanaman.
Menanam bermakna menaruh bibit atau benih ke dalam tanah. Bibitnya kita sudah tentukan, biasanya kita pilih, kita seragamkan. Sementara kata menumbuhkan berarti menumbuhkembangkan bibit yang sudah ada.
Kemendikud meyakini bahwa pada dasarnya setiap siswa memiliki bibit-bibit nilai positif.
Siswa perlu pembiasaan yang memungkinkan pengetahuan itu menjadi karakter diri dalam keseharian dan akhirnya menjadi budaya bersama.
BUDI PEKERTI
Melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2015 ini Kemendikbud mendorong agar semua pelaku pendidikan memiliki budi pekerti.
Caranya dengan menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang lebih baik, agar semua warganya turut berbudi pekerti.
NON KULIKULER
Penumbuhan ini tak dimasukkan ke intra kurikuler
Secara bahasa, pembiasaan berarti proses agar sesuatu menjadi biasa
Jika jujur hanya diajarkan lewat intra kurikuler, maka hanya akan menjadi pengetahuan. Ketika diuji nilainya tentu tinggi. Namun, pada praktiknya seringkali tak muncul.
Karena itu, dalam Penumbuhan ini Kemendikbud menggunakan jalur non-kurikuler.
7 nilai positif yang ditumbuhkan dalam Penumbuhan ini.
1. Internalisasi sikap moral dan spiritual
2. Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinekaan untuk merekatkan persatuan bangsa
3. Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah dan rumah,
4. Interaksi sosial positif antarpeserta didiK
5. Memelihara lingkungan sekolah
6. Penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan
7. Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait
PRINSIP PENERAPAN PENUMBUHAN
Visi Kemendikbud 2019 adalah membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter.
Ada 3 strategi, yaitu penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan mutu dan akses, dan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik
Strategi pertama mendorong siswa aktif di satu sisi, dan meningkatkan kemampuan dalam berperan di sisi lainnya.
Strategi ke tiga, khususnya tentang pelibatan publik, mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan. Masyarakat dan keluarga juga memiliki peran saat penerapan Penumbuhan
WAKTU PELAKSANAAN
Penumbuhan ini dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran di sekolah, sejak seorang siswa
masuk sekolah hingga lulus.
Untuk Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan mulai siswa hari pertama masuk sekolah.
Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Pendidikan Khusus dilaksanakan mulai hari pertama Masa
Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB).
Read More ->>
Aplikasi dan Potensi TIK Dalam Pembelajaran di Sekolah
Published :
2:49 AM
Author :
NURIL ANWAR
Aplikasi dan Potensi TIK
Dalam Pembelajaran di Sekolah
Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat
dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan bisa juga dikembangkan menjadi kegiatan wira usaha.
Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa
memanfaatkan TIK secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan
menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan
memahami serta mempraktekkan TIK akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk
memahami berbagai TIK dan menggunakannya secara efektif. Selain dampak positif, siswa
mampu memahami dampak negatif, dan keterbatasan TIK, serta mampu memanfaatkan TIK
untuk mendukung proses pembelajaran dan memanfatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan semakin banyaknya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan
myspace membuat komunikasi dan saling bertukar informasi semakin mudah. Belum lagi
semakin menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet seperti wordpress, blogspot,
livejurnal, dan multiply. Membuat kita dituntut bukan hanya mampu mencari dan
memanfaatkan informasi saja, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet melalui
blog yang kita kelola dan terupdate dengan baik. Di sanalah muncul kreativitas menulis yang
membuat orang lain mendapatkan manfaat dari tulisan yang kita buat. Namun sayangnya,
kebiasaan menulis dan membaca belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, termasuk
guru dan siswa di sekolah. Para guru TIK dituntut agar para peserta didiknya mampu
memanfaatkan TIK untuk mengembangkan kreativitas menulis.
Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan-
pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasilan dalam pendidikan selalu
berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang berdampak meningkatnya
kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology)
perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan
konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk
Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu:
Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan)
Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ),
Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan
Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat).
Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) dari pelatihan ke penampilan,
(2) dari ruang kelas ke, di mana dan kapan saja,
(3) dari kertas ke “on line” atau saluran,
(4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan
(5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Di sinilah peran guru untuk membuat kurikulumnya sendiri yang dapat membuat peserta didik beajar secara aktif.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
(1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
(2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
(3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, video tape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab) memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Sebenarnya, ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu:
Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan;
Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT);
Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum.
Salah satu bentuk produk TIK yang sedang “ngetrend” saat ini adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian, maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara,
(2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb.
(3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV,
(4) alat-alat musik,
(5) alat olah raga, dan
(6) bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri dari berbagai pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah mengaplikasikannya, tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya.
Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing
Read More ->>
Tuesday, February 7, 2017
Ragam Bahasa , sebuah rangkuman referensi bagi guru Bahasa Indonesia
Published :
12:32 AM
Author :
NURIL ANWAR
Ragam Bahasa
a. Pengertian Ragam Bahasa
Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh donesia terhadap pemakaian bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Adanya faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk disebut ragam bahasa.
Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis atau sering disebut dialek saja. Bahasa jawa dialek Banyumas berbeda dengan bahasa Jawa dialek Solo walaupun keduanya satu bahasa. Demikian pula Bahasa Sunda dialek Priangan berbeda dengan bahasa Sunda dialek Banten, bahasa Melayu dialek Jakarta berbeda dengan bahasa Melayu dialek Manado dan berbeda pula dengan bahasa Melayu dialek Deli.
Ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa kerajaan Sriwijayaberbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang.
Ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa antara lain tingkat pendidikan, usia, dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan atas (bangsawan dan orang-orang berada), dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan. Dalam bidang tata bunyi, misalnya, bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/ sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan seperti pada bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks.
Bagi orang yang tidakdapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk tersebut sering diucapkan padil, pakultas, pilm, pitnah, dan komplek. Demikian pula, ungkapan “apanya, dong?” dan “trims” yang
disebut bahasa prokem sering diidentikkan dengan bahasa anak-anak muda.
b. Keberagaman Bahasa Indonesia
Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi intisari bersama yang umum.
1) Ragam Bahasa Menurut Daerah
Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek.Bahasa yang mengenal luas selalu mengenal logat. Masing- masing dapat dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan. Jika di dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena tempat keadiamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat, atau laut, maka lambat laun logat itu dalam perkembangannya akan banyak berubah sehingga akhirnya dianggap bahasa yang berbeda.
2) Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal
Ragam bahasa menurut pendidikan formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia golongan yang kedua itu
berbeda dengan fonologi kaum terpelajar. Bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak bersekolah atau hanya berpendidikan rendah.
3) Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur
Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau penbacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya.
c. Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya
Ragam bahasa dapat dirinci menjadi tiga macam:
1) Berdasarkan pokok persoalannya, ragam bahasa dibedakan menjadi:
a) ragam bahasa undang-undang,
b) ragam bahasa jurnalistik,
c) ragam bahasa ilmiah,
d) ragam bahasa sastra,
e) ragam bahasa sehari-hari.
2) Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi:
a) ragam lisan meliputi : (1) ragam bahasa cakapan, (2) ragam bahasa pidato, (3) ragam bahasa kuliah,
(4) ragam bahasa panggung;
b) ragam tulis meliputi : (1) ragam bahasa teknis, (2) ragam bahasa undang-undang, (3) ragam bahasa catatan, (4) ragam bahasa surat.
3) Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacara dibedakan menjadi:
a) ragam bahasa resmi,
b) ragam bahasa santai,
c) ragam bahasa akrab.
d. Ragam Baku dan Ragam Tak Baku
Situasi resmi yang menuntut pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini.
1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi,
perundang-undangan, dan sebagainya.
2) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah.
3) Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya.
4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
Ragam bahasa baku merupakan ragam orang yang berpendidikan.
Ragam baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Ragam itulah
yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kebakuannya itu tidak dapat berubah
setiap saat.
Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya.
Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendikiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing.
Bahasa baku mendukung empat fungsi, yakni sebagai berikut.
a) Fungsi Pemersatu
Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu.
b) Fungsi Pemberi Kekhasan
Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Hal itu terlihat pada
penutur bahasa Indonesia.
e. Sikap terhadap Bahasa Baku
Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1) sikap kesetiaan bahasa, (2) sikap kebanggaan bahasa, dan (3) sikap kesadaran akan norma dan kaidah bahasa.
Ketiga sikap tersebut terkait erat dengan keempat fungsi bahasa baku.
f. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Pada peringatan ke-87 hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1995 di Jakarta, Kepala Negara menekankan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Akhir-akhir ini dampak seruan tersebut semakin terasa. Slogan “Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar” pada kain rentang dapat kita temukan di mana-mana. Namun, memasyarakatkannya ungkapan tersebut belum tentu diikuti pemahaman yang benar tentang maknanya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan makna serta kriteria bahasa yang baik dan bahasa yang benar tersebut.
Kriteria yang dipakai untuk menentukan bahasa Indonesia yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa yang dimaksudkan tersebut meliputi aspek (1) tata bunyi, (2) tata kata dan tata kalimat, (3) tata istilah, (4) tata ejaan, dan (5) tata makna. Benar tidaknya bahasa Indonesia yang kita gunakan tergantung pada benar tidaknya pemakaian kaidah bahasa. Dengan kata lain, bahasa Indonesia yang baik dan benar atau betul adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia.
Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa dengan konteks, peristiwa, atau keadaan yang dihadapi.
Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena sesuai dengan tuntutan situasi. Pemilihan ragam yang cocok merupakan tuntutan komunikasi yang tak bisa diabaikan begitu saja. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.
g. Ragam Bahasa Ilmiah
Di bidang ilmu, keperluan akan bahasa yang khusus dengan peristilahan, pengungkapan, dan perlambangan yang serba khusus pula, sangat terasa. Hal ini karena ada hubungan timbal balik antara
kemajuan ilmu dan kemampuan bahasa yang merekam kemajuan itu, menjelaskannya, dan menyampaikannya kepada pihak lain.
Masyarakat yang tidak mampu merangsang pengembangan ilmu tidak dapat berharap memiliki bahasa keilmuan. Sebaliknya, ketiadaan bahasa keilmuan akan menghambat pembiakan suatu generasi ilmuan.
Karena kekhususan dalam langgam dan peristilahan, bahasa keilmuan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, meskipun yang menjadi dasarnya adalah bahasa baku,
bahasa dalam setiap bidang keilmuan sering memperlihatkan ciri khasnya masing-masing. Namun, secara umum bahasa keilmuan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1) Bahasa ilmu itu harus lugas dan cermat, menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguitas). Lugas artinya langsung mengenai sasaran, tanpa basa-basi. Cermat artinya berusaha untuk melakukan sesuatu tanpa salah atau cacat.
2) Bahasa ilmu itu gayanya ekonomis. Artinya, bahasa ilmu berusaha tidak menggunakan jumlah kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu haruslah padat isi dan
bukan padat kata.
3) Bahasa ilmu itu objektif dan berusaha tidak memperlihatkan ciri perseorangan (gaya impersonal) sehingga wujud kalimatnya sering terlepas dari keakuan si penulis. Karena itu, dalam tulisan ilmiah
sering kita temukan kalimat-kalimat pasif yang lebih menekankan peristiwa daripada pelaku perbuatan.
4) Bahasa ilmu itu tidak memlibatkan perasaan (tidak beremosi). Ilmu itu merupakan hasil pemikiran, bukan hasil perasaan. Oleh karena itu ragam bahasanya pun lepas dari perasaan.
5) Bahasa ilmu itu mengutamakan informasi, bukan imajinasi yang menjadi ciri bahasa kesusasteraan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu mengutamakan makna denotatif, bukan makna konotatif.
6) Bahasa ilmu itu, khususnya yang teoritis, umumnya dinyatakan dalam bahasa yang abstrak.
7) Bahasa ilmu itu gayanya tidak meluap-luap atau kedogma-dogmaan.
8) Bahasa ilmu itu cenderung membakukan makna kata, ungkapan, dan gaya pemeriannya. Bahkan, bisa saja muncul istilah-istilah khusus (jargon) dalam setiap bidang ilmu.
9) Ditinjau dari sudut perkembangan bahasa, kata dan istilah ilmiah lebih mantap umurnya daripada kata-kata sehari-hari dalam bentuk, makna, dan fungsinya.
Rangkuman
1. Ragam bahasa Indonesia.
Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat diperinci menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam bahasa Indonesia terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis, ragam
baku dan ragam tidak baku, ragam baku tulis dan ragam baku lisan, ragam sosial dan ragam fungsional. Variasi bahasa terdiri atas variasi bahasa dari segi penutur, variasi bahasa dari segi pemakaian, dan variasi bahasa dari segi keformalan.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
CATATAN PENTING:
1. Contoh ragam bahasa:
a. Kami menerima vonis hukuman yang dibacakan hakim. (hukum)
b. Volume ekspor kelapa sawit terus mengalami penurunan. (bisnis)
c. Operasi retina matanya akan dilaksanakan minggu depan. (kedokteran)
d. Rapor semester ganjil harus menjadi cermin kemajuan prestasi belajar siswa dalam satu semester. (pendidikan)
2. Analisis ragam kalimat
a. Ragam hukum
b. Ragam kedokteran
c. Ragam pendidikan
d. Ragam pendidikan
e. Ragam bisnis
3. Contoh dampak buruk dalam berbahasa Indonesia bagi pergaulan remaja:
a. Mengabaikan penggunakan imbuhan dalam berbahasa Indonesia
b. Menggunakan bahasa gaul atau alay ketika berbahasa Indonesia
c. Mengabaikan penulisan kata dan penggunaan tanda baca
KETERAMPILAN BERBAHASA
I. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Berbicara
Prinsip dan Prosedur Berbahasa Secara Lisan Secara Produktif Hakikat Keterampilan Berbicara
Berbicara merupakan keterampilan yang bersifat produkif dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara
memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan.
Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat mereproduksikan suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problem kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) dengan memanfaatkan sejumlah alat komunikasi manusia untuk menyampaikan maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial.
1. Fungsi Keterampilan Berbicara
Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi
juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang
memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh
keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan
dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan
profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat
pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan,
menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan
tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan
mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Kegiatan pembelajaran berbicara terbagi atas tiga, yaitu;
a. Tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat pemula meliputi: melafalkan bunyi-bunyi bahasa,
menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju,
menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil
simakan/bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain
peran.
b. Tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara
tingkat menengah dapat dirumuskan: menyampaikan informasi,
berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri,
menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, melakukan
wawancara, bermain peran, menyampaikan gagasan dalam diskusi
atau pidato.
c. Tingkat tinggi, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara tingkat
tingg dapat dirumuskan: menyampaikan informasi, berpartisipasi
dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan
kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi dalam
wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan.
2. Prinsip Prosedur Berbicara
a. Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit
Kata ‘deskrit’ diadaptasi dari bahasa Inggris ‘discrete’ yang artinya
terpisah atau tersendiri. Bila pengertian ini dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa, maka kita dapat mengartikannya
20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
keterampilan berbicara sebagai keterampilan tersendiri yang tidak
terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain (membaca,
menyimak, dan menulis).
Konsep dasar berbicara menurut Logan (1972: 104-105) merupakan
sarana berkomunikasi yang mencakup sembilan hal, yakni: (1)
berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal; (2)
berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3) berbicara adalah
ekspresi kreatif, (4) berbicara adalah tingkah laku, (5) berbicara
adalah tingkah laku yang dipelajari,(6) berbicara dipengaruhi
kekayaan pengalaman, (7) berbicara sarana memperluas cakrawala
(8) kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, (9) berbicara
adalah pancaran pribadi.
b. Prinsip dan Prosedur Berbicara Secara Terintegratif
Keterampilan Berbicara sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu
menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut
berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan
menulis, dan berbicara dengan membaca.
1) Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda
namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak
didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan
menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi
lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-
jawab, interview, dan sebagainya.
2) Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.
Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan
dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 21
reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai
penerima informasi.
Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan
membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi
yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi
yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
3) Hubungan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-
ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai
informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara
disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian
informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis.
Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh
melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan
menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara
menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan
kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara.
c. Prinsip dan Prosedur Berbicara Sesuai Konteks
Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal,
Vokasional
Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai
maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan
pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara memahami makna
segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mengevaluasi
efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui
prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan,
baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk
(1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima
golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3)
menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan.
22 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Menurut Hartono berdasarkan lawan bicara, keterampilan berbicara
dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: (a) satu lawan satu,
(b) satu lawan banyak, (c) banyak lawan satu,dan (d) banyak lawan
banyak.
Keterampilan berbicara berdasarkan maksud atau tujuan berbicara,
dapat dikelompokkan menjadi sembilan bentuk, yaitu: (a) memberi
perintah atau instruksi, (b) memberi nasehat, (c) memberi saran, (d)
berpidato, (e) mengajar atau member ceramah, (f) berapat, (g)
berunding, (h) pertemuan, (i) menginterview.
Berdasarkan tingkat keformalannya, keterampilan berbicara dapat
dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (a) berbicara formal, (b)
berbicara semi formal dan (c) berbicara informal.
Berdasarkan ragam bahasa terdiri atas : (a) Akademisi: penggunaan
bahasa oleh praktisi akademis, misalnya: dosen, ilmuwan, (b) Formal
penggunaan bahasa oleh situasi formal, misalnya : sekolah, acara
resmi, (c) Vokasional: penggunaan bahasa pada jurusan atau bidang
tertentu, misalnya: apoteker, notaries.
3. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara
Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan
berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato
menjelaskan, pidato menghibur, ceramah.
a. Diskusi
Diskusi adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat
antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari
kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi
yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam
diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut
ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup
diskusi, membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan
gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta
mengemukakan kesimpulan hasil diskusi.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 23
b. Wawancara
Wawancara merup[akan salah satu keterampilan berbicara yang
digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita.
Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka)
atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat).
Ada dua tahapan dalam melakukan wawancara, yaiu tahap
persiapan (penentuan topik pembicaraan,rumusan pertanyaan,
dan penentuan narasumber) dan tahap palaksanaan wawancara.
c. Pidato
Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan
gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh
seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang
suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan.
Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk
memimpin dan berorasi di depan banyak orang atau khalayak
ramai.
D. Aktivitas Pembelajaran
Tahap 1: Curah Pendapat (Brainstorming) (1 JP)
Langkah-langkah:
1. Pendahuluan : Fasilitator memberikan pengantar mengenai kegiatan
pembelajaran ini pada uraian materi prinsip dan prosedur berbahasa
secara lisan produktif: berbicara (5’).
2. Fasilitator memberikan pertanyaan berikut (LK 01) kepada seluruh
peserta (5’).
24 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Tahap 2: Buzz Group (1 JP)
Langkah-langkah:
1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok besar (5’).
2. Setiap kelompok besar melakukan buzz group dengan tahapan
sebagai berikut (10’):
Dalam kelompok besar, peserta membentuk kelompok kecil
beranggotakan dua orang. Setiap kelompok kecil mendiskusikan satu
pertanyaan saja dan menuliskan jawabannya di LK 02. Pertanyaan
yang dimaksud adalah:
a. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan
menyimak?
b. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan
membaca?
c. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan
menulis?
3. Peserta membahas setiap pertanyaan yang ditugaskan secara
berpasanga (10’).
4. Anda menuliskan hasil diskusi lalu kembali ke kelompok besar.
Kelompok kecil melaporkan hasil diskusinya ke kelompok besar.
Kelompok besar tidak perlu membuat simpulan. (Pembuatan simpulan
dilakukan pada tahap 3 (10’).
No. Pertanyaan
1. Apa yang Anda pahami tentang keterampilan berbicara!
2. Apakah Anda melatihkan keterampilan berbicara kepada siswa ?
Kalau ya, apa tujuan Anda melatihkan keterampilan berbicara tersebut
?
3. Menurut pendapat Anda apakah fungsi keterampilan berbicara?
4. Jelaskanlah faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara!
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 25
5. Pada akhir kegiatan, peserta menyimak penjelasan dari pelatih
mengenai langkah yang sudah dilakukan sebagai rincian kegiatan
yang disebut buzz group (10’).
Tahap 3: Diskusi kelompok (Focus Group Discussion) (30’)
Langkah-langkah:
1. Berdasarkan hasil diskusi, fasilitator meminta setiap kelompok besar
untuk membuat simpulan dari 4 (empat) pertanyaan. Pastikan bahwa
kelompok besar telah menunjuk buzz group satu orang yang
berperan sebagai moderator diskusi dan satu orang sebagai notulen
(10’).
2. Secara bergiliran, moderator memimpin peserta untuk mendiskusikan
setiap laporan dari kelompok kecil hasil buzz group. Pastikan bahwa
diskusi berlangsung secara fokus sehingga setiap pertanyaan dapat
dielaborasi secara mendalam (10’).
3. Pada akhir kegiatan, peserta menyimak penjelasan dari fasilitator
mengenai langkah- langkah yang sudah dilakukan sebagai rincian
kegiatan dalam FGD (10’).
Tahap 4. Bermain peran (Role Playing) (105’)
Langkah-langkah:
1. Anda dikelompokkan menjadi enam kelompok . (5’).
2. Setiap kelompok diminta memilih salah satu jenis berbicara untuk
disimulasikan (10’).
3. Fasilitator mendampingi Anda untuk memimpin proses pemilihan
jenis bicara dan peran sesuai dengan jenis berbicara yang dipilih:
pidato/berceramah/diskusi/wawancara. Setiap peserta berperan
melakukan simulasi sesuai dengan perannya masing-masing. Isilah
jenis berbicara dan peran masing pada LK 03 (10’)
26 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
4. Setiap kelompok diberi kesempatan bersimulasi sesuai dengan jenis
tugas yang diterimanya. (60’)
5. Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan setiap kelompok
untuk menyampaikan pengalaman menarik dari simulasi yang
dilakukan dikelompoknya (15’)
6. Fasilitator memberikan penguatan dan menyimpulkan bersama utamanya
tentang jenis-jenis berbicara dan langkah yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan kompetensi berbicara (10)
E. Latihan/ Kasus /Tugas
LK- 01
L.K - 0 2
Jelaskan bagaimana hubungan antara keterampilan berbicara dengan
keterampilan berbahasa yang lain secara integratif!
No. Pertanyaan uraian
1. Hubungan berbicara –
menyimak
No. Pertanyaan uraian
1. Apa yang Anda pahami tentang keterampilan berbicara!
2. Apakah Anda melatihkan keterampilan berbicara kepada
siswa ?
Kalau ya, apa tujuan Anda melatihkan keterampilan
berbicara tersebut ?
3. Menurut pendapat Anda apakah fungsi keterampilan
berbicara?
4. Jelaskanlah faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan
berbicara terhadap siswa Anda!
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 27
2. Hubungan berbicara –
membaca
3. Hubungan berbicara –
menulis
LK–03. Keterampilan Berbicara
Bermain peran (Role Playing) beberapa jenis berbicara
Jenis Berbicara Kasus
2. Diskusi Simulasikan sebuah kegiatan berdiskusi. Kegiatan
berdiskusi tersebut membahas tema yang menimbulkan
perbedaan pendapat. Dalam diskusi tersebut terdapat
beberapa panelis dan moderator.
3. Pidato Diskusikanlah sebuat topik pidato yang sedang menjadi
perbincangan hangat di tengah masyarakat. Lalu
lakukanlah pidato di depan kelas. Beri pendapat atas isi,
struktur, ekspresi, dan intonasinya.
4. Wawancara Simulasikanlah sebuah kegiatan berwawancara.
Tentukan topik dan seorang narasumber dan siapa yang
menjadi pewawancara. Buatlah daftar pertanyaan yang
akan diajukan kepada narasumber.
F. Rangkuman
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara
merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi
untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan ke-
pada orang lain.
Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial
antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu
menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan,
menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan
28 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan
Anda berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada
orang lain.
Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara secara
langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan
kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi
pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)
penampilan.
Keterampilan diskrit artinya terpisah atau tersendiri. Sementara
berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki
kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak,
membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara
berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara
dengan membaca.
Keterampilan berbahasa berdasarkan ragam bahasa meliputi : akademisi,
formal, dan vokasional. Selain itu jenis-jenis keterampilan berbicara
dalam pengajaran bahasa, antara lain: diskusi, percakapan, pidato
menjelaskan, pidato menghibur, dan ceramah.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Isilah umpan balik/repleksi pembelajan pada tabel berikut ini.
1. Apa yang Anda ketahui setelah mempelajari modul ini.
2. Apa yang Anda lakukan setelah mempelajari modul ini!
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 29
3. Susunlah langka-langkah sebuah wawancara!
H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas
Kunci: LK 01
No Jawaban
1. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
bersifat produktif dan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk
menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada
orang lain.
2. Fungsi keterampilan berbicara, contoh jika seseorang memiliki
keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan
sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan
interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional
diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-
pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan
dan mendeskripsikan.
3. Tujuan keterampilan berbicara yakni, Berdasarkan respon pendengar,
kegiatan berbicara mempunyai tujuan yang dapat dibedaka, yakni;
1. Berbicara untuk menghibur
2. Berbicara untuk tujuan menginformasikan
3. Berbicara untuk menstimuli
4. Berbicara untuk meyakinkan
4 Faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara secara langsung
adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d)
struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi
pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h)
penampilan.
30 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Kunci: LK 02
No. Jawaban
1. Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun
berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh
kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi
dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap,
diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya.
2. Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi.
Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan
berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui
sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
3. Hubungan Berbicara dengan Menulis
Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif.
Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian
informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan,
sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan
melalui bahasa tulis.
Kunci LK 03 : Diskusi
No. Uraian
1. Disesuaikan dengan peran simulasi peserta misalnya isi ide/gagasan
dalam diskusi, cara mengungkapkan gagasan ketika berperan sebagai
moderator, penanya, dan penanggap) dengan memperhatikan keefektifan
berbahasa, kesantunan, dan intonasi yang tepat.
Kunci LK 03 : Pidato
No. Uraian
1. Berdasarkan pengunaan ragam berbahasa penggalan pidato tersebut
dapat diklasifikan ke dalam jenis berbicara formal.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 31
Disesuaikan dengan penampilan peserta dengan memperhatikan
ide/gagasan, bahasa yang baik, pelafalan, intonasi, ekspresi, penguasaan
audien
Kunci LK 03: Berwawancara
No. Uraian
1. Disesuaikan dengan penampilan peserta dengan memperhatikan
kesantutan dalam berwawancara, penggunaan bahasa yang baik,
kesesuaian topik wawancara dengan pertanyaan, dan intonasi dengan
tepat.
II. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Membaca
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat memiliki keterampilan bahasa
Indonesia (membaca).
B. Indikator Ketercapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Indikator
Memiliki keterampilan
berbahasa Indonesia
(membaca)
20.4.1 Mengaplikasi prinsip dan prosedur
berbahasa secara lisan (berbicara dan
menyimak) dan tertulis (membaca dan
menulis)
20.4.3 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur
berbahasa secara integratif:
menyimak, berbicara, membaca,
menulis
20.4.8 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur
berbahasa secara tertulis reseptif.
Membaca (Teknik: membaca cepat,
membaca memindai, membaca
32 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
sekilas, membaca nyaring. Jenis:
membaca intensif, ekstensif, kritis,
bahasa=mencari kosa kata dan
kalimat-kalimat sumbang, ejaan).
Membaca Verbal, nonverbal(grafik,
denah, tabel), dan verbal-nonverbal
C. Uraian Materi
Pada uraian materi ini Anda diharapkan memahami konsep membaca
dan hubungan membaca dengan keterampilan lainnya. Saat membaca,
silakan pahami dengan baik dan saksama tahap demi tahap konsep
berikut dengan baik. Untuk memperkuat wawasan Anda silakan
berdiskusi dengan teman Anda.
Selamat membaca dan berdiskusi!.
1. Hakikat Membaca
Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah:
a. Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami
kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai
dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi
bacaan.
b. Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti
baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok
kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh
pemahaman terhadap bacaan.
c. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan
memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai.
d. Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan
memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 33
e. Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan
informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang
telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut.
f. Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan
sistem tulisan yang digunakan.
g. Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam
tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja,
melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-
kelompok kata yang membawa makna.
Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan
bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik
dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati
tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca.
Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa
kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai
ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke
pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar-
gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan,
dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan
melibatkan Knowledge of The World dalam skemata yang berupa
kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan
dalam gudang ingatan.
2. Tujuan Membaca
Nah, dalam membaca tentu kita mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam
membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup
isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali
berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Henry Guntur Tarigan (1989) mengemukakan tujuan membaca adalah
sebagai berikut:
a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-
fakta(reading for details or facts).
34 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi
cerita(reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for
inference).
e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk
mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).
g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading
to compare or contrast).
.
3. Kegiatan Membaca sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tentu
mempunyai hubungan antarsatu keterampilan dengan keterampilan
lainnya. Adapun hubungannya adalah sebagai berikut.
Keterampilan Membaca sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa
(a) Hubungan Membaca dengan Menyimak
(b) Hubungan Membaca dengan Menulis:
(c) Hubungan Membaca dengan Berbicara
4. Teknik Membaca
Teknik membaca dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan
membaca. Keterampilan membaca yang perlu dilatih antara lain latihan
membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan
membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan
memperluas jangkauan pandang mata.
a. Baca-Layap (Skimming)
Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati
dari suatuhal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca
hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di
awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 35
Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-
fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita
hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya.
b. Membaca-Tatap (Scanning)
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu
informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang
dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu.
Scanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk
mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entripada indeks, angka-
angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan.
Gerakan mata dalam scanning tidak jauh berbeda dengan skimming.
Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah
judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka,
gerakan mata dengan cepatd an berhentilah pada setiap angka yang
kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak
ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan
scanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu
terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.
c. Baca-Pilih (selecting)
Membaca bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan
atau mengandung informasi yang dibutuhkan pembaca.
Sebelum membaca, lakukan kegiatan seleksi bahan lebih dahulu
Contoh: memilih berita dalam koran untuk dibaca
d. Baca-Lompat (skipping)
Bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan atau bagian yang
sudah dikenal atau sudah dipahami diabaikan dan dilompati saja.
Contoh: membaca daftar iklan baris.
(Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan, 1979:18–20).
36 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
5. Faktor-faktor yang memengaruhi Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Menurut Lamb
dan Arnold (1976) faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual
lingkungan, dan psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis
(misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka.
Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya,
beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat
terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam
membedakan symbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka- angka,
dan kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d.
Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan
mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor
penting dalam menentukan kesiapan membaca anak.
b. Faktor Intelektual
Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan
berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang
diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan
Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah
kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan,
berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca.
Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman di
rumah, dan (2) sosial ekonomi.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 37
Latar belakang dan pengalaman di rumah
Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan.
Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu, dan dapat
juga menghalangi belajar membaca.
Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan
membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku,
menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak
– anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca.
Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan
sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap
positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.
sosial ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan
faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa
mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status
sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak-
anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa
serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka
berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi
anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak
yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan
yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.
d. Faktor Psikologis
Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca
anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2)
minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
Motivasi
38 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes
mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak
mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus
mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan
dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami
belajar itu sebagai suatu kebutuhan.
Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha
seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca
yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat
bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya
sendiri.
Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan
mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.
Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri
Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat
tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi
secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau
menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam
pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah
mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya
pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan
memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami
bacaan akan meningkat.
Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang
kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan
tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan
kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain
sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta
untuk diperhatikan guru
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 39
6. Jenis-jenis Membaca
Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi
terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, membaca
dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca bersuara atau
membaca nyaring.Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca,
membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca
intensif. Dilihat dari tujuan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat
digolongkan ke dalam membaca literer, membaca kritis, dan membaca
kreatif. Bila dibagankan, jenis-jenis membaca tersebut adalah sebagai
berikut.
MEMBACA
Membaca
Nyaring
Membaca
dalam Hati
Membaca
Ekstensif
Membaca
Intensif
Membaca
Survei
Membaca
Sekilas
Membaca
Dangkal
Membaca
Telaah Isi
Membaca
Telaah Bahasa
Membaca
Teliti
Membaca
Pemahaman
Membaca
Kritis
Membaca
Ide-ide
Membaca
Bahasa
Membaca
Sastra
40 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
a. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati
Membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi bacaan
(dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya
mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut
harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambing-lambang bunyi
bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses
pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung
dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan
secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan
demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya
bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa
saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca
dalam hati.
b. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif
Membaca ekstensif
Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas.
Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki
baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya.
Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan
aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang
mengikutinya. Membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca yakni:
1) Membaca Survey.
2) Membaca Sekilas
3) Membaca Dangkal
Membaca Intensif
Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang
dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya
membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada.
Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk
menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis.
Jenis membaca intensif antara lain:
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 41
1) Membaca Teliti
2) Membaca Pemahaman
3) Membaca Kritis
4) Membaca Ide
5) Membaca Bahasa Asing
6) Membaca Sastra
c. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif
Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan
menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya
berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam
bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi,
yakni makna yang tersirat.
Di bawah ini akan disampaikan beberapa contoh membaca pemahaman
dalam menemukan ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas
a) Kalimat Utama, Kalimat Penjelas, Ide Pokok, dan Kalimat
Sumbang
(1) Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya berisi ide
pokok paragraf. Kalimat utama ini didukung oleh kalimat-kalimat
lain yang menjelaskan lebih dalam tentang ide pokok tersebut.
Kalimat-kalimat yang menjelaskan ide pokok itu disebut kalimat
penjelas.
(2) Ide pokok adalah ide atau tema yang menjiwai paragraf.
Artinya, paragraf yang bersangkutan hanya membahas tentang
satu hal. Paragraf yang baik hanya memiliki satu ide pokok atau
satu gagasan utama. Ide pokok menjadi dasar pengembangan
paragraf atau inti paragraf yang dirumuskan dalam sebuah
frase atau klausa.
42 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Cermatilah contoh paragraf berikut!
ii. Alam desaku sangatlah sejuk dan permai. (2) Udaranya sejuk dan
bersih, tak ada polusi sedikit pun yang mengganggu. (3) Suasananya
juga masih asri karena masih banyak pepohonan hijau yang masih
terjaga. (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan gembira tiada
tara. (5) Selain sejuk, desaku sangatlah permai karena masih banyak
sawah-sawah hijau yang terbentang luas. (6) Apalagi jika musim
panen telah tiba, desaku seakan - akan diselimuti oleh permadani
emas yang cantik. (7) Ditambah lagi dengan sungai di desaku yang
masih terawat dan jernih sehingga menamah kecantikan desaku.
Kalimat utama: (1) Alam desaku sangatlah sejuk dan permai
Kalimat penjelas: kalimat (2), (3), (5), (6), dan (7)
Ide pokok: Indahnya alam desaku
Kalimat sumbang: (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan
gembira tiada tara.
(3) Letak kalimat utama
Kalimat utama umumnya diletakkan di awal paragraf karena
penulis hampir selalu memulai paragrafnya dengan menuliskan
gagasan utamanya di awal. Gagasan utama itu bersifat umum.
Adapun kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas
dari gagasan utama tersebut. Paragraf yang kalimat utamanya
terletak di awal paragraf disebut paragraf deduktif. Kalimat
utama juga bisa ditemukan di akhir paragraf. Artinya, paragraf
itu dimulai dengan rincian atau penjelasan, baru diakhiri dengan
pernyataan umum yang biasanya berupa simpulan. Paragraf
yang demikian disebut paragraf induktif.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 43
Makna kalimat yang selaras
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut!
(1) Seorang guru merasa jengkel melihat anak didiknya
mengerjakan ulangan dengan menyontek. Sudah dua anak
ditegur agar tidak menyontek tetapi selalu saja ada anak
yang lainnya berusaha menyontek. Akhirnya, guru itu
berkata, “Baiklah, silakan saja kalian menyontek supaya
saya mudah menilai pekerjaan kalian.”
Kalimat tersebut bermakna anak yang menyontek akan
diberi nilai jelek.
(2) Seorang ayah menegur anaknya yang membunyikan radio
dengan volume sangat keras. Ia berkata, “Anton, tetangga
sebelah ada yang sakit keras.”
Kalimat tersebut bermakna Anton harus mengecilkan atau
mematikan radio.
b.Menyimpulkan dan Merangkum/Ikhtisar Isi Teks
Kita mengenal ada istilah ringkasan, rangkuman, ikhtisar, dan
simpulan. Rangkuman sama dengan ikhtisar. Baik ringkasan maupun
rangkuman/ikhtisar keduanya sama-sama merupakan tulisan singkat
dari sebuah karangan panjang. Bedanya, ringkasan disusun dengan
alur dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya, dengan
perbandingan bagian atau bab karangan asli secara proporsional
tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu. Sedangkan
rangkuman atau ikhtisar disusun dengan alur dan sudut pandang
yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara
proporsional.
(1) Ringkasan
Ringkasan adalah penyajian bacaan dalam bentuk singkat
dengan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang /
44 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
memendekkan bacaan dengan mengambil inti sari bacaan itu
tanpa mengubah struktur wacana.
Langkah – langkah membuat ringkasan bacaan :
a. Membaca bacaan atau karangan asli untuk mengetahui
kesan umu, maksud pengarang,
b. Mencatat gagasan utama atau pokok pikiran dalam tiap
paragraf,
c. Menyusun pokok pikiran atau gagasan pokok bacaan
menjadi suatu paragraf atau lebih.
Ciri-ciri ringkasan :
a. Memendekkan suatu bacaan,
b. Bentuknya lebih pendek atau lebih ringkas,
c. Struktural wacananya tetap tidak berubah sesuai dengan
teks bacaan,
d. Terdapat inti sari bacaan.
(2) Rangkuman
Sebenarnya rangkuman itu tidak jauh beda dengan ikhtisar dan
ringkasan. Oleh sebab itu, rangkuman adalah membuat
ringkasan atau ikhtisar dari apa yang telah diuraikan
(dipercakapkan).
Ciri-ciri Rangkuman :
a. Memendekkan suatu bacaan,
b. Berupa ringkasan dari wacana / bacaan.
(3) Ikhtisar
Ikhtisar adalah memendekkan suatu bacaan dengan
mengambil bagian penting tanpa harus terikat pada struktur
wacana yang diikhtisarkan.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 45
Ikhtisar dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat, selain itu
ikhtisar juga dapat dinyatakan dalam bentuk bagan, kerangka,
resume dan sebagainya.
Ciri-ciri ikhtisar :
a. Memendekkan suatu bacaan,
b. Berisi bagian-bagian penting dalam teks wacana,
c. Tidak terikat dengan struktur wacana.
d. Fakta dan Opini
Fakta ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia.
Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. Fakta seringkali
diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya,
baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari
dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan
pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
Opini adalah pendapat seseorang atas sebuah kejadian,
peristiwa, dan kronologis yang terjadi pada individu sendiri atau
orang lain, baik itu positif atau negatif, dan dalam
menanggapinya dalam bentuk lisan ataupun tulisan.
Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan
kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan
ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum
mendapatkan pemastian atau pengujian, Dapat pula merupakan
sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku di masa depan
dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung
ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi.
Tajuk rencana bukan merupakan karya pribadi atau perseorangan,
melainkan karya lembaga penerbitan. Penulisnya adalah
seseorang yang ditunjuk oleh ketua tim yang mewakili sebuah
lembaga penerbitan. Sementara itu, Imung Pujanarko dalam
Kabar Indonesia menyebutkan bahwa tajuk rencana atau editorial
46 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
adalah opini yang berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal,
atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang
ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus
mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Karena merupakan suara lembaga maka tajuk
rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya,
seperti halnya menulis berita atau features.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapatlah disimpulkan
bahwa tajuk rencana pada surat kabar ditulis oleh redaksi surat
kabar berdasarkan informasi yang ada dan mengemukakan opini
tentang sebuah masalah yang aktual dan controversial, dan
ditinjau dari sudut pandang redaksi. Tulisan pada tajuk rencana
haruslah singkat, padat, tidak bertele-tele, ada pendapat atau opini
publik sebagai dasar atau fakta, dan ada pendapat atau
pandangan redaksi yang menyatakan sikap redaksi surat kabar
tersebut.
.
e. Tabel, Grafik , dan Diagram
Membaca tabel, grafik, dan diagram termasuk ke dalam membaca
skimming. Tidak jarang kita menemukan sebuah informasi yang
menyertakan data otentik berupa grafik atau tabel. Sebagaimana kita
ketahui hadirnya grafik atau tabel dalam sebuah informasi digunakan
sebagai pendukung untuk menjelaskan sebuah data.
Tabel adalah daftar berisi ringkasan/ikhtisar sejumlah fakta dan
informasi biasanya hanya berupa nama dan bilangan yang tersusun
dalam urutan kolom dan baris. Tabel merupakan alat bantu visual
disamping grafik dan peta yang berfungsi menjelaskan suatu fakta
atau informasi secara singkat, jelas, dan lebih menarik daripada kata-
kata.
Langkah yang kita lakukan untuk membaca tabel:
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 47
Membaca judul tabel;
Membaca kolom-kolom yang ada di tabel;
Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik yang
tertinggi, terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);
Menarik kesimpulan dari data yang disampaikan dalam tabel.
Grafik adalah lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau
gambar. Data dari tabel dapat dibuat menjadi bentuk grafik sehingga
terlihat jelas gambaran tentang data tersebut. Ada beberapa macam
grafik untuk menyajikan data, antara lain: grafik batang (bar chart),
garfik lingkaran (pie chart), grafik garis (line chart), grafik gambar
(piktogram), histogram, poligon frekuensi. Grafik garis digunakan untuk
menggambarkan suatu rentetan peristiwa yang mengalami perubahan
terus-menerus (kontinu) misalnya; berat badan bayi yang selalu
berubah sepanjang waktu, perkembangan produksi, jumlah
kecelakaan lalu-lintas. Pada periode tertentu data itu disajikan dalam
gfafik garis.. Histogram adalah grafik batang yang berfungsi
menggambarkan bentuk distribusi sekumpulan data yang biasanya
berupa karakteristik mutu. Histogram dibuat dengan cara membentuk
tabel frekuensi terlebih dulu diikuti dengan perhitungan statistik
kemudian mengeplot data ke dalam histogram.
Langkah yang kita lakukan untuk membaca grafik yaitu:
Membaca judul grafik;
Membaca lajur kanan, kiri, dan bawah yang biasanya berkenaan
dengan jumlah, bulan, tahun, dan sebagainya;
Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik
tertinggi, terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);
Menarik kesimpulan dari data yang disampaikan grafikOrang yang
sibuk lebih suka mempelajari sesuatu dari grafik statistik. Akan
tetapi tidak semua pendapat disajikan dalam bentuk grafik.
Dengan grafik dapat memungkinkan untuk menyampaikan ide
yang kompleks menjadi sederhana, grafik dapat memberi
48 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
gambaran suatu data secara efektif kepada pembaca. Ciri utama
grafik adalah sederhana, tetapi jelas.
D. Aktivitas Pembelajaran
Dalam mempelajari modul ini ada beberapa aktivitas yang harus Anda
lakukan. Adapun aktivitasnya sebagai berikut.
1. Pendahuluan
Sebelum Anda mempelajari modul ini, sebaiknya terlebih dahulu
membaca dan memahami tujuan, kompetensi, indikator, dan indikator
pencapaian kompetensi materi ini agar pembelajaran lebih terarah
dan terukur.
2. Diskusi
a. Masing-masing peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok.
b. Peserta di masing-masing kelompok membaca dan mendiskusikan
konsep keterampilan membaca dengan merujuk pada LK 4.1 s.d.
4.7
c. Wakil dari masing-masing kelompok secara bergiliran melaporkan
hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lainnya.
d. Fasilitator memberikan penguatan konsep dan kesimpulan.
3. Berlatih membaca
a. Silakan Anda membaca, kemudian jawablah pertanyaan sesuai
dengan teks yang dibaca.
b. Jawaban Anda silakan tuliskan pada LK 4.8 s.d. 4.12
E. Latihan/ Kasus /Tugas
Untuk mengukur pemahaman Anda tentang konsep yang telah dibaca
dan didiskusikan, selanjutnya silakan kerjakan lembar kerja (LK) berikut
ini.
Konsep Membaca
LK 4.1
Isilah tabel berikut ini!
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 49
Tuliskan pengertian membaca
Pengertian Membaca
LK 4.2
Isilah tabel berikut ini!
Sebutkanlah hakikat membaca
LK. 4.3
Isilah tabel berikut ini!
Tujuan membaca
Sebutkan tujuan membaca menurut Anderson dan Rivers
Tujuan Membaca menurut Anderson Tujuan Membaca menurut Rivers
LK. 4.4
Isilah tabel berikut ini!
Hubungan membaca dengan menyimak, berbicara, dan menulis
Membaca dengan menyimak
Membaca dengan berbicara
Membaca dengan menulis
50 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
LK. 4.5
Isilah tabel berikut ini!
Sebutkan teknik dalam membaca
LK. 4.6
Isilah tabel berikut ini!
Sebutkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi membaca!
No. Tahap-tahap Membaca
LK. 4.7
Silakan isi tabel berikut ini!
Sebutkanlah jenis-jenis membaca
No. Jenis-jenis membaca
Latihan Membaca
LK.4.8
Isilah tabel berikut ini!
Menemukan kalimat utama, kalimat penjelas, dan ide pokok, dan kalimat
sumbang dalam paragraf
Ujian nasional selalu menjadi topik menarik untuk dibahas setiap tahun. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang pro dan kontra dalam
menanggapi masalah ujian nasional. Penyebabnya adalah carut-marutnya
pelaksanaan ujian nasional setiap tahunnya. Misalnya, maraknya kecurangan
sebelum ujian nasional berlangsung, seperti bocornya soal ujian, sehingga
menyebabkan jual beli kunci jawaban. Belum lagi distribusi soal yang telat di
beberapa daerah terpencil. Dalam hal ini, pemerintah seolah hanya menggali
tutup lobang saja tanpa adanya solusi permanen yang bisa menyelesaikan
persoalan ujian nasional.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 51
Setelah membaca teks paragraf di atas, selanjutnya silakan masing-
masing Anda menemukan kalimat utama, penjelas, dan ide pokok.
Jawaban Anda tuliskan pada kolom yang sudah tersedia
Kalimat utama:
Kalimat penjelas:
Ide pokok:
LK. 4.9
Menentukan makna kalimat yang selaras
Tentukanlah makna selaras yang timbul dari kalimat-kalimat atau teks
berikut!
1. Seorang ibu pulang dari berjualan di pasar pada pukul 13.00. Dilihatnya
anaknya yang masih kelas 4 SD asyik bermain bersama teman-
temannya di halaman rumah. Melihat ibunya datang si anak
menghampiri dan membawakan keranjang belanjaan ibunya. Si ibu
bertanya, “Kamu sudah makan?” Anaknya menjawab, “Bapak belum
pulang.”
2. Direktur: “Bawa ke sini semua berkas itu biar saya tandatangani
dulu.”
3. Sekretaris: “Maaf, Bu, kasihan sekali nenek tua itu.”
LK. 4.10
Meringkas, merangkum/ikhtisar, dan menyimpulkan
Buatlah ringkasan, rangkuman/ikhtisan, dan simpulan berdasarkan
wacana di bawah ini.
Razia terhadap warga yang tidak memasang bendera merah putih
bertepatan dengan hari Ulang Tahun Proklamasi merupakan yang pertama
kali dilakukan Pemda DKI Jakarta. Masyarakat banyak yang tidak
mengetahui akan adanya peraturan pemerintah tentang kewajiban
52 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
memasang bendera karena tidak pernah disosialisasikan.
Bertepatan dengan hari ulang tahun Republik Indonesia, Suku Dinas Tramtib
Jakarta Selatan menggelar razia terhadap pemilik rumah dan perkantoran
yang tidak memasang bendera merah putih. Warga yang terjaring langsung
disidang di Kantor Kelurahan Wijaya, Kecamatan Kebayoran Baru.
Sejumlah petugas Tramtib mendatangai satu rumah di Kelurahan Wijaya
Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, karena tidak memasang
bendera merah putih. Petugas tersebut langsung mendata dan meminta
kartu tanda penduduk pemilik rumah untuk didaftarkan di persidangan yustisi.
Dalam operasi yang berlangsung selam 3 jam tersebut, didapati 20 rumah
dan perkantoran yang tidak memasang bendera di halaman depan. Pihak
Tramtib melakukan razia berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1958.
LK. 4.11
Fakta dan opini
Tentukanlah kalimat fakta dan kalimat opini yang terdapat dalam teks
berikut!
AMBRUKNYA JEMBATAN KAMI
Jembatan menghubungkan bagian-bagian kota yang terpisah oleh
sungai.Banyak juga titian yang menghubungkan satu desa dengan desa yang
lain. Salah satunya adalah jembatan bambu yang menghubungkan Desa
Cibanteng dan Desa Babakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.Di
bawah jembatan itu mengalir Sungai Cihideung.Minggu (19/2) pagi terjadi
musibah saat jembatan bambu nonpermanen dilewati oleh 22 warga. Mereka
jatuh dari ketinggian lima meter di atas sungai berarus deras. Empat belas
warga bisa selamat, seorang meninggal, dan tujuh lainnya belum ditemukan.
Mengikuti berita tersebut, kita amat sedih dan prihatin.Hati kita bersama dengan
keluarga korban dan berharap semoga korban yang masih hilang bisa segera
ditemukan.Selebihnya kita ingin menggarisbawahi soal masih terbatasnya
infrastruktur di banyak wilayah.
Di musim hujan seperti ini, penggunaan fasilitas seperti jembatan yang ambruk
di Bogor ini memang berisiko. Namun, pada sisi lain, warga tak punya banyak
pilihan, atau bahkan tak punya pilihan, untuk pergi ke desa lain kecuali dengan
menggunakan jembatan yang ada, walaupun mungkin jembatan tersebut
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 53
kurang aman.
Post-factum Bupati Bogor Rahmat Yasin mengatakan, pihaknya akan mendata
jembatan-jembatan sejenis yang rentan ambruk. Kita berharap lebih lanjut
setelah pendataan akan dilakukan pembuatan jembatan yang lebih kuat dan
lebih aman sehingga ancaman terulangnya musibah serupa dapat dihilangkan.
Kita juga tertarik dengan pernyataan Bupati Bogor, bahwa sebelum ini pihaknya
telah mendapat masukan dari IPB (tentang kondisi darurat jembatan) hingga ia
pun lalu memperingatkan warga agar tidak menggunakan jembatan darurat.
Sebetulnya yang lebih tepat adalah begitu mendapat masukan, Pemkab Bogor
bisa proaktif mendata dan meluncurkan program darurat untuk membangun
jembatan yang benar-benar dibutuhkan warga di satu daerah.
Dalam lingkup lebih luas, kita juga bisa memberikan catatan, bahwa rasa
urgensi kita terhadap infrastruktur masih lemah.Ada banyak keluhan tentang
jalan, pelabuhan, bahkan juga bandara, tetapi laju pembangunannya terasa
lamban. Kalau yang di kota-kota besar atau yang di dekat pusat pemerintahan
saja pembangunan infrastrukturnya lamban, apalagi di daerah atau di
pedalaman.
Di bagian dunia yang lain kita melihat membangun infrastruktur justru dijadikan
sebagai pendorong aktivitas ekonomi. Kita yakin, pengembangan infrastruktur
memiliki efek berganda, dan ini yang semestinya dapat dilihat oleh para
pengelola pemerintahan.
Sudah semestinya peristiwa ambruknya jembatan di Kabupaten Bogor itu kita
jadikan momentum untuk menggiatkan pembangunan infrastruktur di daerah,
agenda yang semestinya juga menjadi bagian integral dari program Masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi yang dilancarkan
pemerintah saat ini.
(Kompas, 21 Februari 2012)
54 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
LK. 4.12
Diagram
Cermati diagram berikut dengan saksama.
Tuliskanlah data yang terdapat dalam diagram tersebut ke dalam bentuk
uraian, minimal lima kalimat!
F. Rangkuman
Setelah Anda memahami konsep membaca dan berlatih menemukan kalimat
utama, kalimat penjelas, ide pokok, makna selaras, merangkum, meringkas,
menyimpulkan, fakta, opini dan memahami diagram, maka selanjutnya untuk
memperkuat wawasan Anda silakan baca dan pahami rangkuman berikut ini.
a. Hakikat membaca
Hakikat membaca, aktifitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu
membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca
sebagai proses mengacu pada aktifitas fisik dan mental. Sedangkan
membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktifitas yang
dilakukan pada saat membaca.
b. Pengertian membaca
Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
keterampilan berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu
keterampilan berbahasa, proses aktif, bertujuan, serta memerlukan
strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca.
c. Tujuan membaca
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 55
Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat
signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai
tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena
akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca.
d. Jenis membaca
Ada dua jenis membaca, yaitu membaca bersuara dan membaca tidak
bersuara. Membaca bersuara meliputi: membaca nyaring, membaca
teknik, membaca indah. Membaca tidak bersuara (membaca diam)
meliputi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca ide, membaca
kritis, membaca telaah bahasa, membaca skimming (sekilas), membaca
cepat.
e. Manfaat membaca
Manfaat membaca antara lain adalah sebagai berikut. (1) Menambah
kosakata, tatabahasa, dan sintaksis. (2) Mengalami perasaan dan
pemikiran yang paling dalam. (3) Memicu imajinasi. (4) Memaksa nalar,
pengurutan keteraturan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan
cerita atau memecahkan suatu misteri
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setelah mempelajari kegiatan ini, apakah Anda sudah memahami dan
menemukan kesulitan/hambatan selama kegiatan? Untuk itu silakan
menuliskannya pada kolom di bawah ini.
56 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas
Setelah Anda mengerjakan tugas melalui LK, selanjutnya silakan
cocokkan hasil pekerjaan Anda dengan kunci jawaban berikut ini.
LK.4.7
Kalimat Utama: Ujian nasional selalu menjadi topik menarik untuk dibahas
setiap tahun.
Kalimat penjelas: Ada pada kalimat kedua hingga kalimat keenam.
Ide pokok: Ujian nasional.
LK. 4.8
Makna selaras
1. Anak itu mau makan setelah bapaknya pulang
2. Sebelum pergi, direktur terlebih dahulu menandatangani semua
berkas yang ada.
3. Minta maaf kepada ibunya tidak dapat mengerjakan tugas karena
akan menolong nenek.
LK. 4.9
Meringkas: Razia terhadap warga yang tidak memasang bendera merah
putih oleh Pemda DKI. Razia dilakukan oleh pemda DKI Jakarta Selatan.
Dalam razia tersebut terjaring 20 rumah dan perkantoran yang tidak
memasang bendera. Petugas langsung mendata dan melihat KTP
penduduk untuk disidang di Yustisi. Razia dilakukan berdasarkan PP
Tahun 1958.
Merangkum/ikhtisar: Berdasarkan PP Tahun 1958, Pemda DKI Jakarta
Selatan mengadakan razia yang tidak memasang bendera merah putih.
Hasil razia tersebut adalah terjaringnya 20 rumah dan berkantoran yang
tidak memasang bendera. Petugas langsung mendata dan meminta kartu
tanda penduduk pemilik rumah untuk didaftarkan di persidangan yustisi.
Menyimpulkan: Petugas pemda DKI Jakarta Selatan melakukan razia
terhadap warga yang tidak memasang bendera merah putih.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 57
LK. 4.10
Fakta opini
LK. 4.11
Diagram
Nilai Ulangan matematika Siswa kelas VI
Jumlah siswa kelas VI adalah 11 orang. Adapun nilai ulangan
matematikanya adalah sebagai berikut: Nilai tertinggi adalah 10
didapatkan oleh 3 orang siswa. Sementara nilai 9 didapatkan 8 siswa.
Nilai 8 didapatkan 11 siswa, nilai 7 didapatkan 7 siswa, 4 siswa
mendapatkan nilai 6, 4 siswa mendapatkan nilai 5, dan 3 siswa
mendapatkan nilai 4.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai ulangan
matematika bagi siswa kelas VI hasinya baik, karena nilai rata-rata siswa
8.
58 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
III. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Menulis
Prinsip dan prosedur berbahasa secara deskrit: menyimak, berbicara,
membaca, menulis
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat menjelaskan menjelaskan
prinsip dan prosedur berbahsa tulis dan dapat mengaplikasikan prinsip
dan prosedur tersebut dengan baik.
B. Indikator Ketercapaian Kompetensi
Kompetensi Guru Indikator
Memiliki
keterampilan
berbahasa
Indonesia
(menulis)
20.4.1 Mengaplikasi prinsip dan prosedur berbahasa
secara lisan (berbicara dan menyimak) dan tertulis
(membaca dan menulis)
20.4.2 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa
secara deskrit: menyimak, berbicara, membaca,
menulis
20.4.3 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa
secara integratif: menyimak, berbicara, membaca,
menulis.
20.4.4 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa
berdasarkan konteks (akademis, formal,
vokasional).
20.4.5 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa
secara tertulis produktif. Menulis: fiksi (pantun,
puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) dan nonfiksi
(catatan harian, iklan, surat, memo, pengumuman,
laporan, esai, artikel, karya ilmiah). Jenis-jenis
karangan: deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi,
dan eksposisi.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 59
C. Uraian Materi
Prinsip dan Prosedur Berbahasa secara Tertulis
Pengertian dan Konsep Menulis, Karekteristik Menulis, Tahap-Tahap
Menulis, , Jenis-Jenis Tulisan
1. Karakteristik Keterampilan Menulis
Setiap guru keterampilan menulis harus sudah memahami karakteristik
keterampilan menulis karena sangat menentukan dalam ketepatan
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian
keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan tanpa memahami
karakteristik keterampilan menulis guru yang bersangkutan tak
mungkin menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran menulis yang akurat, bervariasi, dan menarik. Ada
empat karakteristik keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni;
a. keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek;
b. keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik;
c. keterampilan menulis bersifat mekanistik;
d. penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang
bertahap atau akumulatif.
2. Tahap-Tahap Menulis
a. Perencanaan Karangan
Menurut Sabarti dkk. (1995:6), secara teoretis proses penulisan
meliputi tiga tahap utama, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi.
b. Pemilihan Topik
Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika menulis suatu karangan
menentukan topik. Hal ini untuk menentukan apa yang akan
dibahas dalam tulisan. Ada beberapa yang harus dipertimbangkan
dalam memilih topik yaitu;
60 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
1) topik itu ada menfaatnya dan layak dibahas
2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis;
3) topik itu dikenal baik oleh penulis;
4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai;
5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit.
Proses penulisan tersebut sebagai berikut.
1) Draf kasar; membuat draf dimulai dengan menelusuri dan
mengembangkan gagasan-gagasan..
2) Berbagi; sebagai penulis kita sangat dekat dengan tulisan
sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Oleh sebab itu, kita
perlu meminta orang lain untuk membaca dan memberikan
umpan balik..
3) Penulisan kembali; tulis kembali tulisan Anda, masukkan isi
yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan.
4) Evaluasi; periksalah kembali untuk memastikan bahwa Anda
telah menyelesaikan apa yang Anda rencanakan dan apa yang
ingin Anda. sampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang
terus berlangsung, tahap ini menandai akhir proses menulis.
3. Paragraf Dalam Tulisan
Paragraf merupakan sarana menuangkan gagasan dengan arti kata
segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, yang
tersusun dengan sebaik-baiknya dalam bentuk paragraf sehingga
gagasan kita dapat dipahami dengan mudah.
1. Jenis-jenis Tulisan
Secara umum, tulisan terbagi ke dalam jenis-jenis berikut: narasi,
eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Di berikut ini akan
dijelaskan satu per satu.
a. Eksposisi
Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk
karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 61
menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas
pengetahuan dan pandangan seseorang.
Contoh eksposisi :
Masa remaja adalah saat yang penuh kesenangan dan
kegembiraan. Namun, masa itu juga merupakan saat mulai
timbulnya jerawat. Suatu pertanda bahwa Anda telah memasuki
masa dewasa, namun merupakan suatu hal yang Anda harapkan
tidak begitu tampak. Cobalah Clearasil krem pengobatan jerawat.
Clearasil memiliki tiga daya ampuh yang khas untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan jerawat serta membantu
menghindari timbulnya jerawat baru. Jadikanlah dirimu salah
satu dari berjuta-juta pemakai Clearasil di dunia dan tampilkan
wajah Anda dengan banggga !
b. Deskripsi
Deskrisi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-
kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang
penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui
tulisannya, dapat ‘ melihat’ apa yang dilihatnya, dapat
‘mendengar’ apa yang didengarnya, ‘merasakan’ apa yang
dirasakanya, serta sampai kepada ‘kesimpulan’ yang sama
dengannnya.
Contoh deskripsi
Pasar Blaura merupakan pasar perbelanjaan yang sempurna.
Semua barang ada di sana. Di bagian terdepan berderet toko
sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai satu terdapat toko
pakaian yang lengkap berderet-deret. Di sampaing kanan pasar
terdapat stan-stan kecil penjual perkakas dapur. Di samping kiri
ada pula jenis buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat
menemukan berpuluh-puluh pedagang kecil yang berjualan
makanan dan minuman. Belum lagi kalau kita melihat lantai di
atasnya
(Adisampurno. 2003: 11)
62 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
c. Narasi (kisahan)
Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan
menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia
(tokoh) berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca
atau pendengar tentang sesuatu yang telah diketahui atau
sesuatu yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan
pada dimensi latar dan adanya alur atau konflik.
Contoh.
Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memakirkan
mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu
kemudian, kami sampai di sebuah rumah yangh sederhana
seperti rumah-rumah di sekitarnya. Rumah-rumah itu tanpak
tidak semewah rumah-rumah gedung yang terletak di pinggir
jalan. Pintu rumah yang sederhana itu terbuka pelan. Seorang
gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pinsan dan
terkulai lemas dalam pelukanku ( Pusat Bahasa .2003: 47).
d. Argumentasi
Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan
membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi
pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha
meyakinkan pembaca.
Contoh.
Kedisiplinan lalu lintas masayarakat di Jakarta cenderung
menurun. Hal ini terbukti pada bertambahnaya jumlah
pelanggarannya yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah
korban yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin
meningkat. Oleh karena itu, kesadaran mesyarakat tentang
kedisplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan (Pusat Bahasa. 2003:
45).
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 63
e. Persuasi
Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-ajuk,
ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran
pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit
maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata
lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang
lain lewat bahasa.
Contoh:
Generasi 1945 telah berjuang dengan jiwa dan raga untuk
merebut dan menegakkan kemerdekaan. Apa yang mereka
lakukan bukan semata-mata untuk diri sendiri, tetapi juga untuk
generasi penerus.
Setiap generasi memikul beban berupa warisan yang harus
dipelihara sebaik-baiknya. Warisan adalah amanat. Melecehkan
amanat sama maknanya dengan memalsukan sumpah. Hal ini
yang tidak boleh dilakukan oleh generasi mana pun.
2. Iklan Baris
Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi persuasif yang
merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang bermaksud
membujuk khalayak untuk memanfaatkan barnga atau jasa. Banyak
jenis-jenis iklan yang dapat digunakan untuk membujuk guna
mengenal pesan yang disampaikan melalui iklan. Hanya saja
komunikasi persuasif dalam periklanan memiliki audien yang tidak
mengetahui secara pasti sumber pengirim, keputusan yang mereka
buat, tergantung pada seberapa besar komunikator memengaruhi
atau meyakinkan mereka.
64 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
D. Aktivitas Pembelajaran
1. Pendahuluan
Silakan Anda pahami tujuan, kompetensi, dan indikator pencapaian
kompetensi pada kegiatan pembelajaran ini supaya pembelajaran lebih
terarah dan terukur.
2. Curah Pendapat
Pada kegiatan ini Anda diminta untuk menyebutkan berbagai masalah yang
dihadapi dalam pembelajaran, khususnya pada saat menulis. Sebagai
langkah awal dan agar kegiatan curah pendapat berjalan dengan baik,
Anda dapat mengisi pertanyaan berikut ini.
3. Diskusi Kelompok
Langkah kegiatan :
- Kelas dibagai menjadi empat kelompok besar sesuai dengan topik
bahasan yaitu
Kelompok 1 : pengertian dan konsep menulis,
Kelompok 2 : karakteristik menulis dan tahap-tahap menulis
Kelompok 3: jenis-jenis menulis deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi,
dan persuasi,
Kelompok 4: iklan, pengumuman.
- Presenrasi hasil diskusi dan saling mengomentari
• Perlukah guru bahasa Indonesia mengetahui dan memahami pengertian menulis
• Adakah perbedaan antara yang memahami konsep dengan yang tidak memahami
konsep menulis ?
• Apakah Bapak/ Ibu pernah mengalami kesulitan dalam hal melaksanakan menulis?
Coba sebutkan! Apa yang menyebabkannya?
• Jika seorang guru dalam membelajarkan menulis hanya menguasai kosep dan
hakikat menulis. Apakah guru tersebut dapat membelajarkan menulis dengan
tepat jika tidak menguasai teknik-teknik
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 65
4.Praktik menulis
- Peserta diminta memilia salah satu jenis tulisan berikut : fiksi (pantun,
puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) dan nonfiksi (catatan harian, iklan,
surat, memo, pengumuman, laporan, esai, artikel, karya ilmiah). Jenis-
jenis karangan: deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi
(fasilitator membagi secara proporsional agar semua jenis tulisan
terakomodasi).
- Setelah selesai, peserta saling membaca dan memberi komentar
terhadap tulisan tenam satu kelompoknya.
- Merevisi hasil tulisan teman satu kelompok
- Pemajangan hasil karya peserta
5. Kesimpulan dan penguatan.
E. Latihan/ Kasus /Tugas
LEMBAR KERJA
Ada berapa beberapa konsep dan pengertian menulis. Setelah membaca
modul, Anda dapat merumuskan hakikat menulis!
LK-20.5.1
LK-20.5.2
Hal- hal yang ditemui dalam proses pembelajaran yang Anda temui
sesuai dengan materi modul.
66 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
LK-20.5.3
Ada beberapa jenis-tulisan, pilih salah satu jenis tulisan, kemudian
tuliskan!
LK-20.5.4
Susunlah sebuah ilustrasi iklan kemudian buatlah kalimat iklan sesuai
ilustrasi tersebut!
F. Rangkuman
Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi
memerlukan usaha sadar “menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan
cara mengkomunikasikan dan mengatur menulis. Menulis juga
merupakan peletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang
dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu,
jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa..
Karakteristik keterampilan menulis sangat menentukan dalam ketepatan
penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian keterampilan
menulis.
Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks. Penulisan
sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut kepada penulisnya
kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan bagaimana cara
menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi karangan dan persoalan
kedua menyangkut pemakaian bahasa serta bentuk atau struktur
karangan.
Paragraf merupakan sarana menuangkan gagasan dengan arti kata
segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, yang tersusun
dengan sebaik-baiknya dalam bentuk paragraf sehingga gagasan kita
dapat dipahami dengan mudah.
Paragraf pada dasarnya adalah miniatur sebuah karangan. Kalau sebuah
karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam tesis, paragraf
mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam kalimat topik. Seperti halnya
sebuah karangan yang utuh, paragraf juga harus mempunyai struktur
yang jelas. Kalau karangan dikembangkan oleh uraian yang memadai,
gagasan utama yang terkandung dalam setiap paragraf juga harus terurai
tuntas. Dengan kata lain, proses pembuatan paragraf pun tidak jelas
berbeda dengan proses pembuatan sebuah karangan.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
1. Setelah Anda mempelajari modul ini dengan materi menulis, apakah
yang Anda rasakan manfaat mempelajari materi menulis tersebut,
terutama sehubungan dengan aktivitas pembelajaran siswa di
sekolah?
2. Apakah yang Anda lakukan terhadap pembelajaran di sekolah
sehubungan dengan perolehan pengetahuan tentang materi menulis?
H. Pembahan dan Kunci Jawaban
LK-20.5.1
Menulis adalah menggunakan simbol grafis untuk mengungkapkan
pikiran, gagasan, dan perasaan secara sistematis dengan memperhatikan
struktur dan kaidah penulisan yang baik dan benar sehingga orang yang
membaca tulisan tersebut dapat memahami dengan baik pula.
68 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 69
PENUTUP
Dengan mempelajari materi Kedudukan Bahasa Indonesia dan keterampilan
berbahasa Indonesia dalam Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA
Kelompok Kompetensi B ini, Anda dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang ragam bahasa. Di samping itu, Anda juga memiliki keterampilan
berbahasa dalam berbicara, membaca, dan menulis secara integratif.
Mudah-mudahan materi yang disajikan ini dapat memotivasi Anda untuk
meningkatkan kompetensi Anda sebgai guru yang profesional.
70 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 71
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Mukhsin.1990.Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan
Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang.
Akhadiah, Sabarti, et al. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: IKAPI.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1993. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta:
Dian Rakyat.
Alwi, Hasan (Penyunting). 1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Alwi, Hasan (Penyunting). 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Alwi, Hasan.1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru.
Arifin, Zainal E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Antarkota..
Arsjad, Maidar dkk. 2002. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Badudu, J.S. 1981. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Bleicher, Josef. 2003. Hermeneutika Kontemporer. Diindonesiakan oleh Ahmad
Norma Permata. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru..
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta..
Dardjowidjojo, S. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor.
Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka..
Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa.
72 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
E. Owens, Robert. Jr. 2012. Language Development an Introduction. New
Jersey: Pearson Education,Inc.
Eagleton, Tery. 1983. Literary Theory: An Introduction. London: Basil Blackwell.
Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language.
Florida: Harcourt Brace Jovanovich Collage.
Gere, Anne Ruggles. 1985. Writing and Learning an Overniew. New York:
Macmilan Publishing Company.
Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikasi-Interaktif. Bandung: Refika Aditama.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Given, Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa.
Gunning, Robert. 1952. The technigue Of Clear Writing. New York: Mc Graw-Hill.
Guntur, Hendri Taringan. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung:
Angkasa.
Hadiyantoro. 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati
Aneska.
Hafni, 1981. Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca.
Jakarta Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik.
Bandung: Mutiara.
Harjasujana, Ahkmad Slamet . 1999. Membaca: Makalah Disampaikan dalam
Diklat MMAS di PPPG Bahasa. Jakarta.
Heaton, J.B. 1975. Writing English Language Test. USA: Longman Handook.
Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat
Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 73
Kridalaksana, Harimurti. 1981. Bahasa Indonesia Baku: dalam Majalah
Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II, Tahun 1981, 17-24. Jakarta:
Bhratera.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia:
Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa.
Kusno. 1990. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Kosda
Karya.
Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa
Moeliono, Anton. M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Ngurah Oka, I Gusti. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya:
Usaha Nasional.
Nurhadi. 2000. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA 3
Malang..
Semi, Atar. 1998. Menulis Efektif. Padang: Angkasa
Seung, T.K. 1999. Semiotic and Thematic in Hermeneutic. Diindonesiakan oleh
Mahasiswa PPS UGM 1999. New York: Columbia University.
Soedasono. 1991. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sokal, Alan D. 1994. Transgressing the Boundaries: Towards A. Transformative
Hermeneutics of Quantum Gravity. New York: Departement of Physics
New York University...
Syah, M. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
. Bandung. Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
74 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
Tasai, S. Amran dan E. Zaenal Arifin. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Verhaar. J.M.W. 1977. Pengantar Linguistik. Jakarta: Gadjah Mada.
Wijayanti, Sri Hafsari. 2003. ”Ketaksaan Gramatikal dan Leksikal dalam Bahasa
Indonesia”. Jurnal. Jakarta: UNJ.
Wojowasito, S. 1978. Ilmu Kalimat Strukturil. Bandung: Shinta Dharma.
Yuwono, G.B. & Iryanto, Tata. 1987. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Surabaya: Penerbit Indah Surabaya
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 75
GLOSARIUM
afektif: berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau
penolakan terhadap sustu objek.
afektif: sikap
afiksasi: pemberian imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar
alomorf: anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai
fungsi dan makna yang sama
amanat adalah suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang
arbitrer: sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka.
audible: tanda yang dapat didengar pada keterampilan berbicara.
bahasa baku : ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi,
seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi.
bahasa nasional: kedudukan atau status yang disandang bahasa indonesia
sejak ikrar sumpah pemuda 1928 dicetuskan.
bahasa negara: kedudukan atau status bahasa indonesia yang lahir sehari
setelah kemerdekaan ri seiring dengan ditetapkannya konstitusi uud
1945.
pemahaman awal: kemampuan yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia
memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru.
bentuk alat evaluasi: golongan alat evaluasi menurut penggolongan menjadi tes
tertulis, unjuk kerja, skala bertingkat, pengamatan, portofolio, dsb.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi
dilanjutkan pada periode-periode berikutnya.
ceramah: kelompok berbicara satu arah; pembicara menyampaikan gagasannya
kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi sesaat dalam bentuk
bicara yang berupa.
concentrative listening: menyimak konsentratif
76 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
creative listening: menyimak kreatif
critical listening : menyimak kritis.
debat: kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan
memutuskan masalah dan perbedaan.
diagram: lambang-lambang tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan
sarana, prosedur, serta kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam
suatu sistem. disebut juga bagan
diskrit: tersendiri/terpisah, dikaitkan keterampilan berbicara sebagai
kererampilan tersendiri.
diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan.
diskusi: adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang
atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau
kesepahaman gagasan atau pendapat.
drill & practice : praktik dan latihan
efek: dampak atau pengaruh
eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa
secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu
proses percobaan secara mandiri.
ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan proses penyampaian
materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara
optimal.
exploratory listening: menyimak eksplorasif
fakta: sesuatu yang nyata berdasarkan data-data yang terlihat dan
merupakan peristiwa yang ada dan benar-benar telah terjadi
berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
fonologi : bagian dari tata bahasa atau ilmu bahasa yang mempelajari bunyi-
bunyi ujaran suatu bahasa.
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 77
fonologi: ilmu tentang bunyi bahasa hubungan wajib antara lambang bahasa
dengan konsep yang dimaksud
frasa: satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif
grafik lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar
grafologi: ilmu tentang aksara atau sistem tulisan
hearing: mendengarkan
ide pokok: ide atau tema yang menjiwai paragraf
implisit: termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara
jelas atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung halus;
tersirat
inquiri: menekankan kepada kemampuan siswa di dalam proses mencari dan
menemukan sesuatu, entah itu yang berupa konsep, karakteristik
suatu materi pelajaran, contoh, dan sebagainya.
integrative: mengenai keseluruhannya meliputi seluruh bagian yang perlu untuk
menjadikan lengkap, utuh, bulat, sempurna.
integritas: keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas kelas sehari-hari.
interaksi: suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek
interpreting: menginterpretasikan
interrogative listening: menyimak interogatif, sang penyimak akan mengajukan
banyak pertanyaan
kalimat penjelas kalimat-kalimat yang menjelaskan ide pokok
kalimat utama kalimat yang di dalamnya berisi ide pokok paragraf
karakter: ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari seseorang
yang dalam hal ini adalah peserta didik.
kasus: keadaan yang sebenarnya dr suatu urusan atau perkara; keadaan atau
kondisi khusus yang berhubungan dng seseorang atau suatu hal
78 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
keandalan tes (reliabilitas): kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai
alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur;
kemampuan alat ukur memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kemampuan intelektual: tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang
komunikator
kerangka acuan: suatu perspektif dari mana suatu sistem diamati.
khotbah:pesan atau nasihat-nasihat agama yang disampaikan dengan
memperlihatkan rukun dan tatacara tertentu.
kognitif: kemampuan yang berkenaan dengan pemerolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kognitif: kemampuan yang berkenaan dengan pemerolehan pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
konvensi: kesepakatan
konvensional: semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi lainnya
manusia
kredibilitas: kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan.
membaca ekstensif: merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas,
bahan bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang
digunakan cepat dan singkat
membaca intensif: membaca secara teliti bertujuan memahaminya isi secara rinci
membaca kreatif: pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat antarbaris
dan makna di balik baris tetapi kreatif menerapkan hasil membacanya
untuk kepentingan sehari-hari
membaca kritis: mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan
keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun
makna tersirat
membaca sekilas atau skimming: membaca cepat untuk mendapatkan informasi
secara cepat
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 79
membaca survey: kegiatan membaca untuk mengetahui gambaran umum isi dan
ruang lingkup bahan bacaan
menyimak ekstensif: sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih
umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran
menyimak intensif: menyimak pemahaman.
menyimak kritis: aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat
langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga
mereka meminta argumentasi pembicara.
menyimak: mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan
sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi,
interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan, informasi,
menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya.
morfologi: ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata.
morfologi: cabang linguistik yang mempelajari masalah morfem dan
kombinasinya oleh lambang tersebut
opini: pendapat seseorang tentang sesuatu masalah yang berisi ide
outline: kerangka
pembelajaran: proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
pembelajaran: proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
pragmatik: cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara
pra-operasional: tahap perkembangan anak mulai merepresentasikan dunia
dengan kata-kata dari berbagai gambar
psikomotor: gerak
ragam bahasa tulis: ragam bahasa yang memiliki ciri-ciri tidak memerlukan
teman bicara; tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta
waktu; memperhatikan unsur gramatikal; berlangsung lambat; selalu
memakai alat bantu; kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; tidak
80 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, dan hanya
terbantu dengan tanda baca.
ragam bahasa: variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut
topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta medium pembicara.
ragam fungsional: adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi lembaga
lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya.
ragam lisan: ragam bahasa ujaran yang memiliki ciri-ciri: rmemerlukan orang
kedua/teman bicara; tergantung situasi; kondisi; ruang dan waktu;
tidak harus memperhatikan unsur gramatikal; hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh; berlangsung cepat; dapat berlangsung tanpa
alat bantu; kesalahan dapat langsung dikoreksi; dan dapat dibantu
dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
ragam sosial: ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas
kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
masyarakatnya.
ragam standar dan nonstandar: ragam bahasa yang dikelompokkan
berdasarkan topik yang sedang dibahas, hubungan antarpembicara,
medium yang digunakan, lingkungan, dan situasi saat pembicaraan
terjadi.
rangkuman: bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut
pandang yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh
karangan secara proporsional. disebut juga ikhtisar
reading for details or facts: membaca untuk memperoleh perincian atau fakta
reading for inference: membaca untuk menyimpulkan
refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar
rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp): rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan
dalam silabus
Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 81
reseptif: keterampilan berbahasa yang bersifat menerima, contohnya
keterampilan menyimak dan membaca.
ringkasan: bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang
yang sama seperti karangan aslinya
selective listening: menyimak selektif
semantic: bidang studi dalam lingusitik yang mempelajari makna atautentang
arti.
semantik: ilmu tentang makna kata dan kalimat
semiotika: ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan
sensori-motorik : tahapan perkembangan yang lebih mengutamakan gerakan
reflek.
signifiant : penanda lambang bunyi itu
signifie: petanda konsep yang dikandung penandanya
silabus: rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.
simulasi : rangsangan
sintagmatik: relasi antarmakna kata dalam satu frasa secara horizontal.
sintaksis: cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam
tuturan (speech).
sistem: susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang
sistematis: teratur menurut sistem; memakai sistem; dng cara yang diatur baik
baik
stimulus: rangsangan
team teaching: metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama
mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru.
82 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B
teknik pembelajaran: cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
tutorial: bimbingan oleh seorang pengajar
understanding: memahami
unik: setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa
universal: ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di
dunia
variasi bahasa: bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-
masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa
induksinya.
wawancara: merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan
sebagai metode pengumpulan bahan berita. peksanaannya bisa
dilakukan secara langsung (tatap muka) atau secara tak langsung
(melalui telepon, internet, atau surat).
Read More ->>
Subscribe to:
Posts (Atom)
LNKS FROM ME
LINKS FROM ME (2)
GESKRIPSI
Powered by Blogger.
LOKAL TIME
Labels
Labels
- BAHAN AJAR (25)
- DOKUMEN KURIKULUM 2013 (9)
- INSTRUMEN PENILAIAN (34)
- K 2013 UPDATE 2016 (3)
- KURIKULU2013 (46)
- MEDIA (6)
- PEDAGOGI (2)
- PERANGKAT PEMBELAJARAN (3)
- permendikbud2013 (2)
- POETRY READING (1)
- REFERENCE (20)
- STANDAR PENILAIAN (5)
Archive
Popular Posts
- TEKS I(Kegiatan 1 Pemodelan Teks Laporan Hasil Observasi)
- CONTOH RPP KELAS X BAHASA INDONESIA YANG BERBASIS TEKS
- PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
- TEKS III (Kegiatan 2 Kerja Sama Membangun Teks Eksposisi)
- Gemar Meneroka Alam Semesta
- TEKS II(Kegiatan 1 Pemodelan Teks Prosedur Kompleks)
- TEKS I (Kegiatan 2 Kerja Sama Membangun Teks Laporan Hasil Observasi )
- TEKS II (Kegiatan 3 Kerja Mandiri Membangun Teks Prosedur Kompleks)
- TEKS VI (Kegiatan 3 Kerja Mandiri Membangun Berbagai Jenis Teks Dalam Satu Tema)