Saturday, March 4, 2017

Penumbuhan Budi Pekerti

Penumbuhan Budi Pekerti, workshop IHt di Vocsten Malang PENUMBUHAN  Kemendikbud merancang aturan tentang penumbuhan budi pekerti ini sebagai gerakan.  Gerakan berarti menjadikan aturan ini sebagai milik bersama  Penumbuhan budi pekerti tak cukup hanya diterapkan di sekolah. Ia adalah proses menyeluruh. Dari sisi tempat, berarti dipraktikkan di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar; dari sisi waktu, berarti senantiasa dilaksanakan setiap waktu; dari sisi pelaku, berarti dilakukan oleh semua pelaku pendidikan. • GERAKAN  Kemendikbud menggunakan istilah penumbuhan, bukannya penanaman.  Menanam bermakna menaruh bibit atau benih ke dalam tanah. Bibitnya kita sudah tentukan, biasanya kita pilih, kita seragamkan. Sementara kata menumbuhkan berarti menumbuhkembangkan bibit yang sudah ada.  Kemendikud meyakini bahwa pada dasarnya setiap siswa memiliki bibit-bibit nilai positif.  Siswa perlu pembiasaan yang memungkinkan pengetahuan itu menjadi karakter diri dalam keseharian dan akhirnya menjadi budaya bersama. BUDI PEKERTI  Melalui Permendikbud No. 23 Tahun 2015 ini Kemendikbud mendorong agar semua pelaku pendidikan memiliki budi pekerti.  Caranya dengan menciptakan iklim sekolah dan lingkungan yang lebih baik, agar semua warganya turut berbudi pekerti. NON KULIKULER  Penumbuhan ini tak dimasukkan ke intra kurikuler  Secara bahasa, pembiasaan berarti proses agar sesuatu menjadi biasa  Jika jujur hanya diajarkan lewat intra kurikuler, maka hanya akan menjadi pengetahuan. Ketika diuji nilainya tentu tinggi. Namun, pada praktiknya seringkali tak muncul.  Karena itu, dalam Penumbuhan ini Kemendikbud menggunakan jalur non-kurikuler. 7 nilai positif yang ditumbuhkan dalam Penumbuhan ini. 1. Internalisasi sikap moral dan spiritual 2. Keteguhan menjaga semangat kebangsaan dan kebhinekaan untuk merekatkan persatuan bangsa 3. Interaksi sosial positif antara peserta didik dengan figur orang dewasa di lingkungan sekolah dan rumah, 4. Interaksi sosial positif antarpeserta didiK 5. Memelihara lingkungan sekolah 6. Penghargaan terhadap keunikan potensi peserta didik untuk dikembangkan 7. Penguatan peran orangtua dan unsur masyarakat yang terkait PRINSIP PENERAPAN PENUMBUHAN  Visi Kemendikbud 2019 adalah membentuk insan dan ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter.  Ada 3 strategi, yaitu penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan, meningkatkan mutu dan akses, dan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik  Strategi pertama mendorong siswa aktif di satu sisi, dan meningkatkan kemampuan dalam berperan di sisi lainnya.  Strategi ke tiga, khususnya tentang pelibatan publik, mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan. Masyarakat dan keluarga juga memiliki peran saat penerapan Penumbuhan WAKTU PELAKSANAAN  Penumbuhan ini dilaksanakan sepanjang proses pembelajaran di sekolah, sejak seorang siswa  masuk sekolah hingga lulus.  Untuk Sekolah Dasar (SD) dilaksanakan mulai siswa hari pertama masuk sekolah.  Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Pendidikan Khusus dilaksanakan mulai hari pertama Masa  Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB).
Read More ->>

Aplikasi dan Potensi TIK Dalam Pembelajaran di Sekolah

Aplikasi dan Potensi TIK Dalam Pembelajaran di Sekolah Perkembangan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini sangat pesat dan berpengaruh sangat signifikan terhadap pribadi maupun komunitas, segala aktivitas, kehidupan, cara kerja, metode belajar, gaya hidup maupun cara berpikir. Oleh karena itu, pemanfaatan TIK harus diperkenalkan kepada siswa agar mereka mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk bisa menerapkan dan menggunakannya dalam kegiatan belajar, bekerja serta berbagai aspek kehidupan sehari-hari, bahkan bisa juga dikembangkan menjadi kegiatan wira usaha. Manusia secara berkelanjutan membutuhkan pemahaman dan pengalaman agar bisa memanfaatkan TIK secara optimal dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menyadari implikasinya bagi pribadi maupun masyarakat. Siswa yang telah mengikuti dan memahami serta mempraktekkan TIK akan memiliki kapasitas dan kepercayaan diri untuk memahami berbagai TIK dan menggunakannya secara efektif. Selain dampak positif, siswa mampu memahami dampak negatif, dan keterbatasan TIK, serta mampu memanfaatkan TIK untuk mendukung proses pembelajaran dan memanfatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semakin banyaknya situs pertemanan seperti facebook, twitter, friendster, dan myspace membuat komunikasi dan saling bertukar informasi semakin mudah. Belum lagi semakin menjamurnya tempat membuat blog gratis di internet seperti wordpress, blogspot, livejurnal, dan multiply. Membuat kita dituntut bukan hanya mampu mencari dan memanfaatkan informasi saja, tetapi juga mampu menciptakan informasi di internet melalui blog yang kita kelola dan terupdate dengan baik. Di sanalah muncul kreativitas menulis yang membuat orang lain mendapatkan manfaat dari tulisan yang kita buat. Namun sayangnya, kebiasaan menulis dan membaca belum menjadi budaya masyarakat Indonesia, termasuk guru dan siswa di sekolah. Para guru TIK dituntut agar para peserta didiknya mampu memanfaatkan TIK untuk mengembangkan kreativitas menulis. Pendidikan sebagai pondasi pembangunan suatu bangsa memerlukan pembahuruan- pembaharuan sesuai dengan tuntutan zaman. Keberhasilan dalam pendidikan selalu berhubungan erat dengan kemajuan suatu bangsa yang berdampak meningkatnya kesejahteraan kehidupan masyarakat. Pada era teknologi tinggi (high technology) perkembangan dan transformasi ilmu berjalan begitu cepat. Akibatnya, sistem pendidikan konvensional tidak akan mampu lagi mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi. Pendekatan-pendekatan modern dalam proses pengajaran tidak akan banyak membantu untuk Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan) Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to be (belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke, di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Di sinilah peran guru untuk membuat kurikulumnya sendiri yang dapat membuat peserta didik beajar secara aktif. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan dengan perkembangan TIK itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti telepon, audio, video tape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002). Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya. Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab) memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa harus membeli buku/sumber belajar tersebut. Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Sebenarnya, ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu: Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan; Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta reformasi pendidikan secara umum. Salah satu bentuk produk TIK yang sedang “ngetrend” saat ini adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas. Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian, maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas. Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar. Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri dari berbagai pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur serta SDM guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota besar seperti Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah mengaplikasikannya, tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh panggang dari api dalam mengaplikasikan TIK. Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing
Read More ->>

Tuesday, February 7, 2017

Ragam Bahasa , sebuah rangkuman referensi bagi guru Bahasa Indonesia

Ragam Bahasa a. Pengertian Ragam Bahasa Sebagai gejala sosial, pemakaian bahasa tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor kebahasaan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kebahasaan. Faktor-faktor di luar kebahasaan yang berpengaruh donesia terhadap pemakaian bahasa antara lain faktor lokasi geografis, waktu, sosiokultural, dan faktor situasi. Adanya faktor-faktor tersebut menimbulkan perbedaan-perbedaan dalam pemakaian bahasa. Perbedaan tersebut akan tampak dalam segi pelafalan, pemilihan kata, dan penerapan kaidah tata bahasa. Perbedaan atau varian dalam bahasa yang masing-masing menyerupai pola umum bahasa induk disebut ragam bahasa. Ragam bahasa yang berhubungan dengan faktor daerah atau letak geografis atau sering disebut dialek saja. Bahasa jawa dialek Banyumas berbeda dengan bahasa Jawa dialek Solo walaupun keduanya satu bahasa. Demikian pula Bahasa Sunda dialek Priangan berbeda dengan bahasa Sunda dialek Banten, bahasa Melayu dialek Jakarta berbeda dengan bahasa Melayu dialek Manado dan berbeda pula dengan bahasa Melayu dialek Deli. Ragam bahasa yang berkaitan dengan perkembangan waktu disebut kronolek. Misalnya, bahasa Melayu masa kerajaan Sriwijayaberbeda dengan bahasa Melayu masa Abdullah bin Abdul Kadir Munsji dan berbeda pula dengan bahasa Melayu Riau sekarang. Ragam bahasa yang berkaitan dengan golongan sosial para penuturnya disebut dialek sosial. Faktor-faktor sosial yang memengaruhi pemakaian bahasa antara lain tingkat pendidikan, usia, dan tingkat sosial ekonomi. Bahasa golongan buruh, bahasa golongan atas (bangsawan dan orang-orang berada), dan bahasa golongan menengah (orang-orang terpelajar) akan memperlihatkan perbedaan. Dalam bidang tata bunyi, misalnya, bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/ sering terdapat dalam ujaran kaum yang berpendidikan seperti pada bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, dan kompleks. Bagi orang yang tidakdapat menikmati pendidikan formal, bentuk-bentuk tersebut sering diucapkan padil, pakultas, pilm, pitnah, dan komplek. Demikian pula, ungkapan “apanya, dong?” dan “trims” yang disebut bahasa prokem sering diidentikkan dengan bahasa anak-anak muda. b. Keberagaman Bahasa Indonesia Faktor sejarah dan perkembangan masyarakat turut berpengaruh pada timbulnya sejumlah ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam itu masih tetap disebut “bahasa Indonesia” karena masing-masing berbagi intisari bersama yang umum. 1) Ragam Bahasa Menurut Daerah Ragam daerah sejak lama dikenal dengan nama logat atau dialek.Bahasa yang mengenal luas selalu mengenal logat. Masing- masing dapat dipahami secara timbal balik oleh penuturnya, sekurang-kurangnya oleh penutur dialek yang daerahnya berdampingan. Jika di dalam wilayah pemakaiannya orang tidak mudah berhubungan, misalnya karena tempat keadiamannya dipisahkan oleh pegunungan, selat, atau laut, maka lambat laun logat itu dalam perkembangannya akan banyak berubah sehingga akhirnya dianggap bahasa yang berbeda. 2) Ragam Bahasa Menurut Pendidikan Formal Ragam bahasa menurut pendidikan formal, menunjukkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi bahasa Indonesia golongan yang kedua itu berbeda dengan fonologi kaum terpelajar. Bunyi /f/ dan gugus konsonan akhir /-ks/, misalnya, sering tidak terdapat dalam ujaran orang yang tidak bersekolah atau hanya berpendidikan rendah. 3) Ragam Bahasa Menurut Sikap Penutur Ragam bahasa menurut sikap penutur mencakup sejumlah corak bahasa Indonesia yang masing-masing pada asasnya tersedia bagi tiap pemakai bahasa. Ragam ini, yang dapat disebut langgam atau gaya, pemilihannya bergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak berbicara atau penbacanya. Sikapnya itu dipengaruhi, antara lain oleh umur dan kedudukan yang disapa, tingkat keakraban antarpenutur, pokok persoalan yang hendak disampaikannya, dan tujuan penyampaian informasinya. c. Ragam bahasa menurut jenis pemakaiannya Ragam bahasa dapat dirinci menjadi tiga macam: 1) Berdasarkan pokok persoalannya, ragam bahasa dibedakan menjadi: a) ragam bahasa undang-undang, b) ragam bahasa jurnalistik, c) ragam bahasa ilmiah, d) ragam bahasa sastra, e) ragam bahasa sehari-hari. 2) Berdasarkan media pembicaraan, ragam bahasa dibedakan menjadi: a) ragam lisan meliputi : (1) ragam bahasa cakapan, (2) ragam bahasa pidato, (3) ragam bahasa kuliah, (4) ragam bahasa panggung; b) ragam tulis meliputi : (1) ragam bahasa teknis, (2) ragam bahasa undang-undang, (3) ragam bahasa catatan, (4) ragam bahasa surat. 3) Ragam bahasa menurut hubungan antarpembiacara dibedakan menjadi: a) ragam bahasa resmi, b) ragam bahasa santai, c) ragam bahasa akrab. d. Ragam Baku dan Ragam Tak Baku Situasi resmi yang menuntut pemakaian ragam baku tercermin dalam situasi berikut ini. 1) Komunikasi resmi, yakni dalam surat-menyurat resmi, surat-menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi-instansi resmi, penamaan dan peristilahan resmi, perundang-undangan, dan sebagainya. 2) Wacana teknis, yakni dalam laporan resmi dan karya ilmiah. 3) Pembicaraan di depan umum, yakni dalam ceramah, kuliah, khotbah, dan sebagainya. 4) Pembicaraan dengan orang yang dihormati. Ragam bahasa baku merupakan ragam orang yang berpendidikan. Ragam baku memiliki kaidah-kaidah paling lengkap diperikan jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain. Ragam itu tidak saja ditelaah dan diperikan, tetapi juga diajarkan di sekolah. Ragam itulah yang dijadikan tolok bandingan bagi pemakaian bahasa yang benar. Ragam bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Kebakuannya itu tidak dapat berubah setiap saat. Ciri kedua yang menandai bahasa baku ialah sifat kecendikiaannya. Perwujudannya dalam kalimat, paragraf, dan satuan bahasa lain yang lebih besar mengungkapkan penalaran atau pemikiran yang teratur, logis, dan masuk akal. Proses pencendikiaan bahasa itu amat penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini umumnya masih bersumber pada bahasa asing. Bahasa baku mendukung empat fungsi, yakni sebagai berikut. a) Fungsi Pemersatu Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa itu. Dengan demikian, bahasa baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh masyarakat itu. b) Fungsi Pemberi Kekhasan Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa yang bersangkutan. Hal itu terlihat pada penutur bahasa Indonesia. e. Sikap terhadap Bahasa Baku Sikap terhadap bahasa baku setidak-tidaknya mengandung tiga dimensi, yaitu (1) sikap kesetiaan bahasa, (2) sikap kebanggaan bahasa, dan (3) sikap kesadaran akan norma dan kaidah bahasa. Ketiga sikap tersebut terkait erat dengan keempat fungsi bahasa baku. f. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Pada peringatan ke-87 hari Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei 1995 di Jakarta, Kepala Negara menekankan pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Akhir-akhir ini dampak seruan tersebut semakin terasa. Slogan “Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar” pada kain rentang dapat kita temukan di mana-mana. Namun, memasyarakatkannya ungkapan tersebut belum tentu diikuti pemahaman yang benar tentang maknanya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan makna serta kriteria bahasa yang baik dan bahasa yang benar tersebut. Kriteria yang dipakai untuk menentukan bahasa Indonesia yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa yang dimaksudkan tersebut meliputi aspek (1) tata bunyi, (2) tata kata dan tata kalimat, (3) tata istilah, (4) tata ejaan, dan (5) tata makna. Benar tidaknya bahasa Indonesia yang kita gunakan tergantung pada benar tidaknya pemakaian kaidah bahasa. Dengan kata lain, bahasa Indonesia yang baik dan benar atau betul adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa dengan konteks, peristiwa, atau keadaan yang dihadapi. Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena sesuai dengan tuntutan situasi. Pemilihan ragam yang cocok merupakan tuntutan komunikasi yang tak bisa diabaikan begitu saja. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. g. Ragam Bahasa Ilmiah Di bidang ilmu, keperluan akan bahasa yang khusus dengan peristilahan, pengungkapan, dan perlambangan yang serba khusus pula, sangat terasa. Hal ini karena ada hubungan timbal balik antara kemajuan ilmu dan kemampuan bahasa yang merekam kemajuan itu, menjelaskannya, dan menyampaikannya kepada pihak lain. Masyarakat yang tidak mampu merangsang pengembangan ilmu tidak dapat berharap memiliki bahasa keilmuan. Sebaliknya, ketiadaan bahasa keilmuan akan menghambat pembiakan suatu generasi ilmuan. Karena kekhususan dalam langgam dan peristilahan, bahasa keilmuan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, meskipun yang menjadi dasarnya adalah bahasa baku, bahasa dalam setiap bidang keilmuan sering memperlihatkan ciri khasnya masing-masing. Namun, secara umum bahasa keilmuan memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1) Bahasa ilmu itu harus lugas dan cermat, menghindari segala macam kesamaran dan ketaksaan (ambiguitas). Lugas artinya langsung mengenai sasaran, tanpa basa-basi. Cermat artinya berusaha untuk melakukan sesuatu tanpa salah atau cacat. 2) Bahasa ilmu itu gayanya ekonomis. Artinya, bahasa ilmu berusaha tidak menggunakan jumlah kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu haruslah padat isi dan bukan padat kata. 3) Bahasa ilmu itu objektif dan berusaha tidak memperlihatkan ciri perseorangan (gaya impersonal) sehingga wujud kalimatnya sering terlepas dari keakuan si penulis. Karena itu, dalam tulisan ilmiah sering kita temukan kalimat-kalimat pasif yang lebih menekankan peristiwa daripada pelaku perbuatan. 4) Bahasa ilmu itu tidak memlibatkan perasaan (tidak beremosi). Ilmu itu merupakan hasil pemikiran, bukan hasil perasaan. Oleh karena itu ragam bahasanya pun lepas dari perasaan. 5) Bahasa ilmu itu mengutamakan informasi, bukan imajinasi yang menjadi ciri bahasa kesusasteraan. Dengan kata lain, bahasa ilmu itu mengutamakan makna denotatif, bukan makna konotatif. 6) Bahasa ilmu itu, khususnya yang teoritis, umumnya dinyatakan dalam bahasa yang abstrak. 7) Bahasa ilmu itu gayanya tidak meluap-luap atau kedogma-dogmaan. 8) Bahasa ilmu itu cenderung membakukan makna kata, ungkapan, dan gaya pemeriannya. Bahkan, bisa saja muncul istilah-istilah khusus (jargon) dalam setiap bidang ilmu. 9) Ditinjau dari sudut perkembangan bahasa, kata dan istilah ilmiah lebih mantap umurnya daripada kata-kata sehari-hari dalam bentuk, makna, dan fungsinya. Rangkuman 1. Ragam bahasa Indonesia. Ragam yang ditinjau dari sudut pandangan penutur dapat diperinci menurut patokan daerah, pendidikan, dan sikap penutur. Ragam bahasa Indonesia terdiri atas ragam lisan dan ragam tulis, ragam baku dan ragam tidak baku, ragam baku tulis dan ragam baku lisan, ragam sosial dan ragam fungsional. Variasi bahasa terdiri atas variasi bahasa dari segi penutur, variasi bahasa dari segi pemakaian, dan variasi bahasa dari segi keformalan. Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada. CATATAN PENTING: 1. Contoh ragam bahasa: a. Kami menerima vonis hukuman yang dibacakan hakim. (hukum) b. Volume ekspor kelapa sawit terus mengalami penurunan. (bisnis) c. Operasi retina matanya akan dilaksanakan minggu depan. (kedokteran) d. Rapor semester ganjil harus menjadi cermin kemajuan prestasi belajar siswa dalam satu semester. (pendidikan) 2. Analisis ragam kalimat a. Ragam hukum b. Ragam kedokteran c. Ragam pendidikan d. Ragam pendidikan e. Ragam bisnis 3. Contoh dampak buruk dalam berbahasa Indonesia bagi pergaulan remaja: a. Mengabaikan penggunakan imbuhan dalam berbahasa Indonesia b. Menggunakan bahasa gaul atau alay ketika berbahasa Indonesia c. Mengabaikan penulisan kata dan penggunaan tanda baca KETERAMPILAN BERBAHASA I. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Berbicara Prinsip dan Prosedur Berbahasa Secara Lisan Secara Produktif Hakikat Keterampilan Berbicara Berbicara merupakan keterampilan yang bersifat produkif dalam menyampaikan pesan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. Dalam hal ini, kelengkapan peralatan vokal seseorang (selaput suara, lidah, bibir, hidung, dan telinga) merupakan persyaratan alamiah yang mengizinkannya dapat mereproduksikan suatu ragam yang lugas dari bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab dengan melenyapkan problem kejiwaan, seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) dengan memanfaatkan sejumlah alat komunikasi manusia untuk menyampaikan maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Berbicara juga merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. 1. Fungsi Keterampilan Berbicara Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan peserta didik berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Kegiatan pembelajaran berbicara terbagi atas tiga, yaitu; a. Tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara tingkat pemula meliputi: melafalkan bunyi-bunyi bahasa, menyampaikan informasi, menyatakan setuju atau tidak setuju, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan/bacaan, menyatakan ungkapan rasa hormat, dan bermain peran. b. Tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara tingkat menengah dapat dirumuskan: menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, melakukan wawancara, bermain peran, menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato. c. Tingkat tinggi, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara tingkat tingg dapat dirumuskan: menyampaikan informasi, berpartisipasi dalam percakapan, menjelaskan identitas diri, menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan, berpartisipasi dalam wawancara, bermain peran, dan menyampaikan gagasan. 2. Prinsip Prosedur Berbicara a. Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit Kata ‘deskrit’ diadaptasi dari bahasa Inggris ‘discrete’ yang artinya terpisah atau tersendiri. Bila pengertian ini dikaitkan dengan keterampilan berbahasa, maka kita dapat mengartikannya 20 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B keterampilan berbicara sebagai keterampilan tersendiri yang tidak terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain (membaca, menyimak, dan menulis). Konsep dasar berbicara menurut Logan (1972: 104-105) merupakan sarana berkomunikasi yang mencakup sembilan hal, yakni: (1) berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal; (2) berbicara adalah proses individu berkomunikasi, (3) berbicara adalah ekspresi kreatif, (4) berbicara adalah tingkah laku, (5) berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari,(6) berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman, (7) berbicara sarana memperluas cakrawala (8) kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, (9) berbicara adalah pancaran pribadi. b. Prinsip dan Prosedur Berbicara Secara Terintegratif Keterampilan Berbicara sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa Berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca. 1) Hubungan Berbicara dengan Menyimak Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya- jawab, interview, dan sebagainya. 2) Hubungan Berbicara dengan Membaca Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 21 reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasi yang diperolehnya antara lain melalui berbicara. 3) Hubungan Berbicara dengan Menulis Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif- ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis diperoleh melalui kegiatan menyimak ataupun membaca. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjang keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. c. Prinsip dan Prosedur Berbicara Sesuai Konteks Keterampilan Berbicara Sesuai Konteks Akademis, Formal, Vokasional Setiap kegiatan berbicara yang dilakukan manusia selalu mempunyai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1983:15) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikombinasikan, dia harus mengevaluasi efek komunikasi terhadap pendengarnya, dan dia harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala sesuatu situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan. Menurut Djago, dkk (1997:37) tujuan pembicaraan biasanya dapat dibedakan atas lima golongan yaitu (1) menghibur, (2) menginformasikan, (3) menstimulasi, (4) meyakinkan, dan 5) menggerakkan. 22 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Menurut Hartono berdasarkan lawan bicara, keterampilan berbicara dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu: (a) satu lawan satu, (b) satu lawan banyak, (c) banyak lawan satu,dan (d) banyak lawan banyak. Keterampilan berbicara berdasarkan maksud atau tujuan berbicara, dapat dikelompokkan menjadi sembilan bentuk, yaitu: (a) memberi perintah atau instruksi, (b) memberi nasehat, (c) memberi saran, (d) berpidato, (e) mengajar atau member ceramah, (f) berapat, (g) berunding, (h) pertemuan, (i) menginterview. Berdasarkan tingkat keformalannya, keterampilan berbicara dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: (a) berbicara formal, (b) berbicara semi formal dan (c) berbicara informal. Berdasarkan ragam bahasa terdiri atas : (a) Akademisi: penggunaan bahasa oleh praktisi akademis, misalnya: dosen, ilmuwan, (b) Formal penggunaan bahasa oleh situasi formal, misalnya : sekolah, acara resmi, (c) Vokasional: penggunaan bahasa pada jurusan atau bidang tertentu, misalnya: apoteker, notaries. 3. Jenis-Jenis Keterampilan Berbicara Bila diperhatikan mengenai bahasa pengajaran akan kita dapatkan berbagai jenis berbicara. Antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah. a. Diskusi Diskusi adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta mengemukakan kesimpulan hasil diskusi. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 23 b. Wawancara Wawancara merup[akan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita. Pelaksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka) atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat). Ada dua tahapan dalam melakukan wawancara, yaiu tahap persiapan (penentuan topik pembicaraan,rumusan pertanyaan, dan penentuan narasumber) dan tahap palaksanaan wawancara. c. Pidato Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara di depan umum atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato biasanya digunakan oleh seorang pemimpin untuk memimpin dan berorasi di depan banyak orang atau khalayak ramai. D. Aktivitas Pembelajaran Tahap 1: Curah Pendapat (Brainstorming) (1 JP) Langkah-langkah: 1. Pendahuluan : Fasilitator memberikan pengantar mengenai kegiatan pembelajaran ini pada uraian materi prinsip dan prosedur berbahasa secara lisan produktif: berbicara (5’). 2. Fasilitator memberikan pertanyaan berikut (LK 01) kepada seluruh peserta (5’). 24 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Tahap 2: Buzz Group (1 JP) Langkah-langkah: 1. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok besar (5’). 2. Setiap kelompok besar melakukan buzz group dengan tahapan sebagai berikut (10’): Dalam kelompok besar, peserta membentuk kelompok kecil beranggotakan dua orang. Setiap kelompok kecil mendiskusikan satu pertanyaan saja dan menuliskan jawabannya di LK 02. Pertanyaan yang dimaksud adalah: a. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan menyimak? b. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan membaca? c. Apa yang Anda ketahui tentang hubungan berbicara dengan menulis? 3. Peserta membahas setiap pertanyaan yang ditugaskan secara berpasanga (10’). 4. Anda menuliskan hasil diskusi lalu kembali ke kelompok besar. Kelompok kecil melaporkan hasil diskusinya ke kelompok besar. Kelompok besar tidak perlu membuat simpulan. (Pembuatan simpulan dilakukan pada tahap 3 (10’). No. Pertanyaan 1. Apa yang Anda pahami tentang keterampilan berbicara! 2. Apakah Anda melatihkan keterampilan berbicara kepada siswa ? Kalau ya, apa tujuan Anda melatihkan keterampilan berbicara tersebut ? 3. Menurut pendapat Anda apakah fungsi keterampilan berbicara? 4. Jelaskanlah faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara! Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 25 5. Pada akhir kegiatan, peserta menyimak penjelasan dari pelatih mengenai langkah yang sudah dilakukan sebagai rincian kegiatan yang disebut buzz group (10’). Tahap 3: Diskusi kelompok (Focus Group Discussion) (30’) Langkah-langkah: 1. Berdasarkan hasil diskusi, fasilitator meminta setiap kelompok besar untuk membuat simpulan dari 4 (empat) pertanyaan. Pastikan bahwa kelompok besar telah menunjuk buzz group satu orang yang berperan sebagai moderator diskusi dan satu orang sebagai notulen (10’). 2. Secara bergiliran, moderator memimpin peserta untuk mendiskusikan setiap laporan dari kelompok kecil hasil buzz group. Pastikan bahwa diskusi berlangsung secara fokus sehingga setiap pertanyaan dapat dielaborasi secara mendalam (10’). 3. Pada akhir kegiatan, peserta menyimak penjelasan dari fasilitator mengenai langkah- langkah yang sudah dilakukan sebagai rincian kegiatan dalam FGD (10’). Tahap 4. Bermain peran (Role Playing) (105’) Langkah-langkah: 1. Anda dikelompokkan menjadi enam kelompok . (5’). 2. Setiap kelompok diminta memilih salah satu jenis berbicara untuk disimulasikan (10’). 3. Fasilitator mendampingi Anda untuk memimpin proses pemilihan jenis bicara dan peran sesuai dengan jenis berbicara yang dipilih: pidato/berceramah/diskusi/wawancara. Setiap peserta berperan melakukan simulasi sesuai dengan perannya masing-masing. Isilah jenis berbicara dan peran masing pada LK 03 (10’) 26 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 4. Setiap kelompok diberi kesempatan bersimulasi sesuai dengan jenis tugas yang diterimanya. (60’) 5. Fasilitator memberi kesempatan kepada perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan pengalaman menarik dari simulasi yang dilakukan dikelompoknya (15’) 6. Fasilitator memberikan penguatan dan menyimpulkan bersama utamanya tentang jenis-jenis berbicara dan langkah yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensi berbicara (10) E. Latihan/ Kasus /Tugas LK- 01 L.K - 0 2 Jelaskan bagaimana hubungan antara keterampilan berbicara dengan keterampilan berbahasa yang lain secara integratif! No. Pertanyaan uraian 1. Hubungan berbicara – menyimak No. Pertanyaan uraian 1. Apa yang Anda pahami tentang keterampilan berbicara! 2. Apakah Anda melatihkan keterampilan berbicara kepada siswa ? Kalau ya, apa tujuan Anda melatihkan keterampilan berbicara tersebut ? 3. Menurut pendapat Anda apakah fungsi keterampilan berbicara? 4. Jelaskanlah faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara terhadap siswa Anda! Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 27 2. Hubungan berbicara – membaca 3. Hubungan berbicara – menulis LK–03. Keterampilan Berbicara Bermain peran (Role Playing) beberapa jenis berbicara Jenis Berbicara Kasus 2. Diskusi Simulasikan sebuah kegiatan berdiskusi. Kegiatan berdiskusi tersebut membahas tema yang menimbulkan perbedaan pendapat. Dalam diskusi tersebut terdapat beberapa panelis dan moderator. 3. Pidato Diskusikanlah sebuat topik pidato yang sedang menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Lalu lakukanlah pidato di depan kelas. Beri pendapat atas isi, struktur, ekspresi, dan intonasinya. 4. Wawancara Simulasikanlah sebuah kegiatan berwawancara. Tentukan topik dan seorang narasumber dan siapa yang menjadi pewawancara. Buatlah daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. F. Rangkuman Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa, berbicara merupakan keterampilan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan ke- pada orang lain. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan 28 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan tersebut memudahkan Anda berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain. Penggunaan bahasa secara lisan dapat pula dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan. Keterampilan diskrit artinya terpisah atau tersendiri. Sementara berbicara sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut berkaitan erat, antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, dan berbicara dengan membaca. Keterampilan berbahasa berdasarkan ragam bahasa meliputi : akademisi, formal, dan vokasional. Selain itu jenis-jenis keterampilan berbicara dalam pengajaran bahasa, antara lain: diskusi, percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, dan ceramah. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Isilah umpan balik/repleksi pembelajan pada tabel berikut ini. 1. Apa yang Anda ketahui setelah mempelajari modul ini. 2. Apa yang Anda lakukan setelah mempelajari modul ini! Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 29 3. Susunlah langka-langkah sebuah wawancara! H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas Kunci: LK 01 No Jawaban 1. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan mereproduksikan arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan, perasaan, dan keinginan kepada orang lain. 2. Fungsi keterampilan berbicara, contoh jika seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial maupun profesional. Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa untuk membuat pertanyaan- pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. 3. Tujuan keterampilan berbicara yakni, Berdasarkan respon pendengar, kegiatan berbicara mempunyai tujuan yang dapat dibedaka, yakni; 1. Berbicara untuk menghibur 2. Berbicara untuk tujuan menginformasikan 3. Berbicara untuk menstimuli 4. Berbicara untuk meyakinkan 4 Faktor-faktor yang memengaruhi keterampilan berbicara secara langsung adalah sebagai berikut: (a) pelafalan; (b) intonasi; (c) pilihan kata; (d) struktur kata dan kalimat; (e) sistematika pembicaraan; (f) isi pembicaraan; (g) cara memulai dan mengakhiri pembicaraan; dan (h) penampilan. 30 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Kunci: LK 02 No. Jawaban 1. Hubungan Berbicara dengan Menyimak Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya. 2. Hubungan Berbicara dengan Membaca Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. 3. Hubungan Berbicara dengan Menulis Kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis bersifat produktif-ekspresif. Kedua kegiatan itu berfungsi sebagai penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan, sedangkan penyampaian informasi dalam kegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Kunci LK 03 : Diskusi No. Uraian 1. Disesuaikan dengan peran simulasi peserta misalnya isi ide/gagasan dalam diskusi, cara mengungkapkan gagasan ketika berperan sebagai moderator, penanya, dan penanggap) dengan memperhatikan keefektifan berbahasa, kesantunan, dan intonasi yang tepat. Kunci LK 03 : Pidato No. Uraian 1. Berdasarkan pengunaan ragam berbahasa penggalan pidato tersebut dapat diklasifikan ke dalam jenis berbicara formal. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 31 Disesuaikan dengan penampilan peserta dengan memperhatikan ide/gagasan, bahasa yang baik, pelafalan, intonasi, ekspresi, penguasaan audien Kunci LK 03: Berwawancara No. Uraian 1. Disesuaikan dengan penampilan peserta dengan memperhatikan kesantutan dalam berwawancara, penggunaan bahasa yang baik, kesesuaian topik wawancara dengan pertanyaan, dan intonasi dengan tepat. II. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Membaca A. Tujuan Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat memiliki keterampilan bahasa Indonesia (membaca). B. Indikator Ketercapaian Kompetensi Kompetensi Guru Indikator Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (membaca) 20.4.1 Mengaplikasi prinsip dan prosedur berbahasa secara lisan (berbicara dan menyimak) dan tertulis (membaca dan menulis) 20.4.3 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara integratif: menyimak, berbicara, membaca, menulis 20.4.8 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara tertulis reseptif. Membaca (Teknik: membaca cepat, membaca memindai, membaca 32 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B sekilas, membaca nyaring. Jenis: membaca intensif, ekstensif, kritis, bahasa=mencari kosa kata dan kalimat-kalimat sumbang, ejaan). Membaca Verbal, nonverbal(grafik, denah, tabel), dan verbal-nonverbal C. Uraian Materi Pada uraian materi ini Anda diharapkan memahami konsep membaca dan hubungan membaca dengan keterampilan lainnya. Saat membaca, silakan pahami dengan baik dan saksama tahap demi tahap konsep berikut dengan baik. Untuk memperkuat wawasan Anda silakan berdiskusi dengan teman Anda. Selamat membaca dan berdiskusi!. 1. Hakikat Membaca Syafi’ie (1994:6-7) menyebutkan hakikat membaca adalah: a. Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. b. Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. c. Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. d. Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 33 e. Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. f. Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. g. Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok- kelompok kata yang membawa makna. Dari beberapa butir hakikat membaca tersebut, dapat dikemukakan bahwa membaca pada hakikatnya adalah suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang berupa fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual dan merupakan proses mekanis dalam membaca. Proses mekanis tersebut berlanjut dengan proses psikologis yang berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Proses pskologis itu dimulai ketika indera visual mengirimkan hasil pengamatan terhadap tulisan ke pusat kesadaran melalui sistem syaraf. Melalui proses decoding gambar- gambar bunyi dan kombinasinya itu kemudian diidentifikasi, diuraikan, dan diberi makna. Proses decoding berlangsung dengan melibatkan Knowledge of The World dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan. 2. Tujuan Membaca Nah, dalam membaca tentu kita mempunyai tujuan. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Henry Guntur Tarigan (1989) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut: a. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta- fakta(reading for details or facts). 34 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B b. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). c. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita(reading for sequence or organization). d. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). e. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). f. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). g. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). . 3. Kegiatan Membaca sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa Keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis tentu mempunyai hubungan antarsatu keterampilan dengan keterampilan lainnya. Adapun hubungannya adalah sebagai berikut. Keterampilan Membaca sebagai Kegiatan Integratif Berbahasa (a) Hubungan Membaca dengan Menyimak (b) Hubungan Membaca dengan Menulis: (c) Hubungan Membaca dengan Berbicara 4. Teknik Membaca Teknik membaca dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Keterampilan membaca yang perlu dilatih antara lain latihan membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. a. Baca-Layap (Skimming) Skimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatuhal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 35 Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta- fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. b. Membaca-Tatap (Scanning) Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Scanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entripada indeks, angka- angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Gerakan mata dalam scanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepatd an berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan scanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari. c. Baca-Pilih (selecting) Membaca bacaan atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan atau mengandung informasi yang dibutuhkan pembaca. Sebelum membaca, lakukan kegiatan seleksi bahan lebih dahulu Contoh: memilih berita dalam koran untuk dibaca d. Baca-Lompat (skipping) Bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan atau bagian yang sudah dikenal atau sudah dipahami diabaikan dan dilompati saja. Contoh: membaca daftar iklan baris. (Finocchiaro and Bonomo, 1973:123–125 dalam Tarigan, 1979:18–20). 36 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 5. Faktor-faktor yang memengaruhi Membaca Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Menurut Lamb dan Arnold (1976) faktor-faktor tersebut adalah faktor fisiologis, intelektual lingkungan, dan psikologis. a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak) dan kekurangmatangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman mereka. Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan symbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka- angka, dan kata-kata misalnya anak belum bisa membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan kesiapan membaca anak. b. Faktor Intelektual Istilah inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Terkait dengan penjelasan Heinz di atas, Wechster mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan. c. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan juga mempengaruhi kemajuan kemampuan baca. Faktor lingkungan itu mencakup (1) latar belakang dan pengalaman di rumah, dan (2) sosial ekonomi. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 37  Latar belakang dan pengalaman di rumah Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan. Kondisi di rumah memengaruhi pribadi dan penyesuaian diri dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu, dan dapat juga menghalangi belajar membaca. Rumah juga berpengaruh pada sikap anak terhadap buku dan membaca. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca, dan senang membacakan cerita kepada anak – anak mereka umumnya menghasilkan anak yang senang membaca. Orang tua yang mempunyai minat yang besar terhadap kegiatan sekolah di mana anak – anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar, khususnya belajar membaca.  sosial ekonomi Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Anak- anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta orang tua yang berbicara dan mendorong anak-anak mereka berbicara akan mendukung perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi. d. Faktor Psikologis Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.  Motivasi 38 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Kuncinya adalah guru harus mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajaran yang relevan dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami belajar itu sebagai suatu kebutuhan.  Minat Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Seorang guru harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.  Kematangan sosio dan emosi serta penyesuaian diri Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak-anak yang mudah marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau menarik diri, atau mendongkol akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak-anak yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak-anak dalam memahami bacaan akan meningkat. Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Anak-anak yang kurang percaya diri di dalam kelas, tidak akan bisa mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya walaupun tugas itu sesuai dengan kemampuannya. Mereka sangat bergantung kepada orang lain sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan mandiri dan selalu meminta untuk diperhatikan guru Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 39 6. Jenis-jenis Membaca Dalam kajian membaca dikenal banyak jenis membaca. Ditinjau dari segi terdengar tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, membaca dapat dibagi atas membaca dalam hati, serta membaca bersuara atau membaca nyaring.Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca ekstensif dan membaca intensif. Dilihat dari tujuan kedalamannya atau levelnya, membaca dapat digolongkan ke dalam membaca literer, membaca kritis, dan membaca kreatif. Bila dibagankan, jenis-jenis membaca tersebut adalah sebagai berikut. MEMBACA Membaca Nyaring Membaca dalam Hati Membaca Ekstensif Membaca Intensif  Membaca Survei  Membaca Sekilas  Membaca Dangkal Membaca Telaah Isi Membaca Telaah Bahasa  Membaca Teliti  Membaca Pemahaman  Membaca Kritis  Membaca Ide-ide  Membaca Bahasa  Membaca Sastra 40 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B a. Membaca Nyaring dan Membaca dalam Hati Membaca nyaring merupakan proses mengomunikasikan isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain. Karena tujuan utamanya mengkomunikasikan isi bacaan, maka si pembaca bukan hanya dituntut harus mampu melafalkan dengan suara nyaring lambing-lambang bunyi bahasa saja, melainkan juga dituntut harus mampu melakukan proses pengolahan agar pesan-pesan atau muatan makna yang terkandung dalam lambing-lambang bunyi bahasa tersebut dapat tersampaikan secara jelas dan tepat oleh orang-orang yang mendengarnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa proses membaca nyaring sesungguhnya bukanlah hal yang mudah. Soedarso (1998:18) mengatakan bahwa saya membaca nyaring lebih sulit dibandingkan dengan membaca dalam hati. b. Membaca Ekstensif dan Membaca Intensif Membaca ekstensif Membaca ekstensif merupakan membaca yang dilakukan secara luas. Pada siswa diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam hal memiliki baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Program membaca ini sangat besar manfaatnya dalam memberikan aneka pengalaman yang sangat luas kepada para siswa yang mengikutinya. Membaca ekstensif meliputi tiga jenis membaca yakni: 1) Membaca Survey. 2) Membaca Sekilas 3) Membaca Dangkal Membaca Intensif Membaca intensif, merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada. Program membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Jenis membaca intensif antara lain: Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 41 1) Membaca Teliti 2) Membaca Pemahaman 3) Membaca Kritis 4) Membaca Ide 5) Membaca Bahasa Asing 6) Membaca Sastra c. Membaca Literal, Kritis dan Kreatif Membaca literal meruapakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara tersurat. Artinya pembaca hanya berusaha menangkap informasi yang terletak secara literal dalam bacaan dan tidak berusaha menangkap makna yang lebih dalam lagi, yakni makna yang tersirat. Di bawah ini akan disampaikan beberapa contoh membaca pemahaman dalam menemukan ide pokok, kalimat utama, dan kalimat penjelas a) Kalimat Utama, Kalimat Penjelas, Ide Pokok, dan Kalimat Sumbang (1) Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya berisi ide pokok paragraf. Kalimat utama ini didukung oleh kalimat-kalimat lain yang menjelaskan lebih dalam tentang ide pokok tersebut. Kalimat-kalimat yang menjelaskan ide pokok itu disebut kalimat penjelas. (2) Ide pokok adalah ide atau tema yang menjiwai paragraf. Artinya, paragraf yang bersangkutan hanya membahas tentang satu hal. Paragraf yang baik hanya memiliki satu ide pokok atau satu gagasan utama. Ide pokok menjadi dasar pengembangan paragraf atau inti paragraf yang dirumuskan dalam sebuah frase atau klausa. 42 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Cermatilah contoh paragraf berikut! ii. Alam desaku sangatlah sejuk dan permai. (2) Udaranya sejuk dan bersih, tak ada polusi sedikit pun yang mengganggu. (3) Suasananya juga masih asri karena masih banyak pepohonan hijau yang masih terjaga. (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan gembira tiada tara. (5) Selain sejuk, desaku sangatlah permai karena masih banyak sawah-sawah hijau yang terbentang luas. (6) Apalagi jika musim panen telah tiba, desaku seakan - akan diselimuti oleh permadani emas yang cantik. (7) Ditambah lagi dengan sungai di desaku yang masih terawat dan jernih sehingga menamah kecantikan desaku. Kalimat utama: (1) Alam desaku sangatlah sejuk dan permai Kalimat penjelas: kalimat (2), (3), (5), (6), dan (7) Ide pokok: Indahnya alam desaku Kalimat sumbang: (4) Orang-orang di sana sangatlah baik dan gembira tiada tara. (3) Letak kalimat utama Kalimat utama umumnya diletakkan di awal paragraf karena penulis hampir selalu memulai paragrafnya dengan menuliskan gagasan utamanya di awal. Gagasan utama itu bersifat umum. Adapun kalimat-kalimat berikutnya merupakan kalimat penjelas dari gagasan utama tersebut. Paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf disebut paragraf deduktif. Kalimat utama juga bisa ditemukan di akhir paragraf. Artinya, paragraf itu dimulai dengan rincian atau penjelasan, baru diakhiri dengan pernyataan umum yang biasanya berupa simpulan. Paragraf yang demikian disebut paragraf induktif. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 43 Makna kalimat yang selaras Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut! (1) Seorang guru merasa jengkel melihat anak didiknya mengerjakan ulangan dengan menyontek. Sudah dua anak ditegur agar tidak menyontek tetapi selalu saja ada anak yang lainnya berusaha menyontek. Akhirnya, guru itu berkata, “Baiklah, silakan saja kalian menyontek supaya saya mudah menilai pekerjaan kalian.” Kalimat tersebut bermakna anak yang menyontek akan diberi nilai jelek. (2) Seorang ayah menegur anaknya yang membunyikan radio dengan volume sangat keras. Ia berkata, “Anton, tetangga sebelah ada yang sakit keras.” Kalimat tersebut bermakna Anton harus mengecilkan atau mematikan radio. b.Menyimpulkan dan Merangkum/Ikhtisar Isi Teks Kita mengenal ada istilah ringkasan, rangkuman, ikhtisar, dan simpulan. Rangkuman sama dengan ikhtisar. Baik ringkasan maupun rangkuman/ikhtisar keduanya sama-sama merupakan tulisan singkat dari sebuah karangan panjang. Bedanya, ringkasan disusun dengan alur dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya, dengan perbandingan bagian atau bab karangan asli secara proporsional tetap dipertahankan dalam bentuknya yang singkat itu. Sedangkan rangkuman atau ikhtisar disusun dengan alur dan sudut pandang yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional. (1) Ringkasan Ringkasan adalah penyajian bacaan dalam bentuk singkat dengan mempertahankan urutan isi dan sudut pandang / 44 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B memendekkan bacaan dengan mengambil inti sari bacaan itu tanpa mengubah struktur wacana. Langkah – langkah membuat ringkasan bacaan : a. Membaca bacaan atau karangan asli untuk mengetahui kesan umu, maksud pengarang, b. Mencatat gagasan utama atau pokok pikiran dalam tiap paragraf, c. Menyusun pokok pikiran atau gagasan pokok bacaan menjadi suatu paragraf atau lebih. Ciri-ciri ringkasan : a. Memendekkan suatu bacaan, b. Bentuknya lebih pendek atau lebih ringkas, c. Struktural wacananya tetap tidak berubah sesuai dengan teks bacaan, d. Terdapat inti sari bacaan. (2) Rangkuman Sebenarnya rangkuman itu tidak jauh beda dengan ikhtisar dan ringkasan. Oleh sebab itu, rangkuman adalah membuat ringkasan atau ikhtisar dari apa yang telah diuraikan (dipercakapkan). Ciri-ciri Rangkuman : a. Memendekkan suatu bacaan, b. Berupa ringkasan dari wacana / bacaan. (3) Ikhtisar Ikhtisar adalah memendekkan suatu bacaan dengan mengambil bagian penting tanpa harus terikat pada struktur wacana yang diikhtisarkan. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 45 Ikhtisar dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat, selain itu ikhtisar juga dapat dinyatakan dalam bentuk bagan, kerangka, resume dan sebagainya. Ciri-ciri ikhtisar : a. Memendekkan suatu bacaan, b. Berisi bagian-bagian penting dalam teks wacana, c. Tidak terikat dengan struktur wacana. d. Fakta dan Opini Fakta ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya. Opini adalah pendapat seseorang atas sebuah kejadian, peristiwa, dan kronologis yang terjadi pada individu sendiri atau orang lain, baik itu positif atau negatif, dan dalam menanggapinya dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Opini adalah pendapat, ide atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideologi akan tetapi bersifat tidak objektif karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, Dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku di masa depan dan kebenaran atau kesalahannya serta tidak dapat langsung ditentukan misalnya menurut pembuktian melalui induksi. Tajuk rencana bukan merupakan karya pribadi atau perseorangan, melainkan karya lembaga penerbitan. Penulisnya adalah seseorang yang ditunjuk oleh ketua tim yang mewakili sebuah lembaga penerbitan. Sementara itu, Imung Pujanarko dalam Kabar Indonesia menyebutkan bahwa tajuk rencana atau editorial 46 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B adalah opini yang berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Karena merupakan suara lembaga maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya, seperti halnya menulis berita atau features. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa tajuk rencana pada surat kabar ditulis oleh redaksi surat kabar berdasarkan informasi yang ada dan mengemukakan opini tentang sebuah masalah yang aktual dan controversial, dan ditinjau dari sudut pandang redaksi. Tulisan pada tajuk rencana haruslah singkat, padat, tidak bertele-tele, ada pendapat atau opini publik sebagai dasar atau fakta, dan ada pendapat atau pandangan redaksi yang menyatakan sikap redaksi surat kabar tersebut. . e. Tabel, Grafik , dan Diagram Membaca tabel, grafik, dan diagram termasuk ke dalam membaca skimming. Tidak jarang kita menemukan sebuah informasi yang menyertakan data otentik berupa grafik atau tabel. Sebagaimana kita ketahui hadirnya grafik atau tabel dalam sebuah informasi digunakan sebagai pendukung untuk menjelaskan sebuah data. Tabel adalah daftar berisi ringkasan/ikhtisar sejumlah fakta dan informasi biasanya hanya berupa nama dan bilangan yang tersusun dalam urutan kolom dan baris. Tabel merupakan alat bantu visual disamping grafik dan peta yang berfungsi menjelaskan suatu fakta atau informasi secara singkat, jelas, dan lebih menarik daripada kata- kata. Langkah yang kita lakukan untuk membaca tabel: Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 47  Membaca judul tabel;  Membaca kolom-kolom yang ada di tabel;  Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik yang tertinggi, terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);  Menarik kesimpulan dari data yang disampaikan dalam tabel. Grafik adalah lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar. Data dari tabel dapat dibuat menjadi bentuk grafik sehingga terlihat jelas gambaran tentang data tersebut. Ada beberapa macam grafik untuk menyajikan data, antara lain: grafik batang (bar chart), garfik lingkaran (pie chart), grafik garis (line chart), grafik gambar (piktogram), histogram, poligon frekuensi. Grafik garis digunakan untuk menggambarkan suatu rentetan peristiwa yang mengalami perubahan terus-menerus (kontinu) misalnya; berat badan bayi yang selalu berubah sepanjang waktu, perkembangan produksi, jumlah kecelakaan lalu-lintas. Pada periode tertentu data itu disajikan dalam gfafik garis.. Histogram adalah grafik batang yang berfungsi menggambarkan bentuk distribusi sekumpulan data yang biasanya berupa karakteristik mutu. Histogram dibuat dengan cara membentuk tabel frekuensi terlebih dulu diikuti dengan perhitungan statistik kemudian mengeplot data ke dalam histogram. Langkah yang kita lakukan untuk membaca grafik yaitu:  Membaca judul grafik;  Membaca lajur kanan, kiri, dan bawah yang biasanya berkenaan dengan jumlah, bulan, tahun, dan sebagainya;  Melihat perbedaan yang mencolok pada data tersebut, baik tertinggi, terendah, atau rata-rata (hitunglah bila diperlukan);  Menarik kesimpulan dari data yang disampaikan grafikOrang yang sibuk lebih suka mempelajari sesuatu dari grafik statistik. Akan tetapi tidak semua pendapat disajikan dalam bentuk grafik. Dengan grafik dapat memungkinkan untuk menyampaikan ide yang kompleks menjadi sederhana, grafik dapat memberi 48 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B gambaran suatu data secara efektif kepada pembaca. Ciri utama grafik adalah sederhana, tetapi jelas. D. Aktivitas Pembelajaran Dalam mempelajari modul ini ada beberapa aktivitas yang harus Anda lakukan. Adapun aktivitasnya sebagai berikut. 1. Pendahuluan Sebelum Anda mempelajari modul ini, sebaiknya terlebih dahulu membaca dan memahami tujuan, kompetensi, indikator, dan indikator pencapaian kompetensi materi ini agar pembelajaran lebih terarah dan terukur. 2. Diskusi a. Masing-masing peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok. b. Peserta di masing-masing kelompok membaca dan mendiskusikan konsep keterampilan membaca dengan merujuk pada LK 4.1 s.d. 4.7 c. Wakil dari masing-masing kelompok secara bergiliran melaporkan hasil diskusinya dan ditanggapi kelompok lainnya. d. Fasilitator memberikan penguatan konsep dan kesimpulan. 3. Berlatih membaca a. Silakan Anda membaca, kemudian jawablah pertanyaan sesuai dengan teks yang dibaca. b. Jawaban Anda silakan tuliskan pada LK 4.8 s.d. 4.12 E. Latihan/ Kasus /Tugas Untuk mengukur pemahaman Anda tentang konsep yang telah dibaca dan didiskusikan, selanjutnya silakan kerjakan lembar kerja (LK) berikut ini. Konsep Membaca LK 4.1 Isilah tabel berikut ini! Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 49 Tuliskan pengertian membaca Pengertian Membaca LK 4.2 Isilah tabel berikut ini! Sebutkanlah hakikat membaca LK. 4.3 Isilah tabel berikut ini! Tujuan membaca Sebutkan tujuan membaca menurut Anderson dan Rivers Tujuan Membaca menurut Anderson Tujuan Membaca menurut Rivers LK. 4.4 Isilah tabel berikut ini! Hubungan membaca dengan menyimak, berbicara, dan menulis Membaca dengan menyimak Membaca dengan berbicara Membaca dengan menulis 50 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B LK. 4.5 Isilah tabel berikut ini! Sebutkan teknik dalam membaca LK. 4.6 Isilah tabel berikut ini! Sebutkanlah faktor-faktor yang mempengaruhi membaca! No. Tahap-tahap Membaca LK. 4.7 Silakan isi tabel berikut ini! Sebutkanlah jenis-jenis membaca No. Jenis-jenis membaca Latihan Membaca LK.4.8 Isilah tabel berikut ini! Menemukan kalimat utama, kalimat penjelas, dan ide pokok, dan kalimat sumbang dalam paragraf Ujian nasional selalu menjadi topik menarik untuk dibahas setiap tahun. Hal ini disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang pro dan kontra dalam menanggapi masalah ujian nasional. Penyebabnya adalah carut-marutnya pelaksanaan ujian nasional setiap tahunnya. Misalnya, maraknya kecurangan sebelum ujian nasional berlangsung, seperti bocornya soal ujian, sehingga menyebabkan jual beli kunci jawaban. Belum lagi distribusi soal yang telat di beberapa daerah terpencil. Dalam hal ini, pemerintah seolah hanya menggali tutup lobang saja tanpa adanya solusi permanen yang bisa menyelesaikan persoalan ujian nasional. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 51 Setelah membaca teks paragraf di atas, selanjutnya silakan masing- masing Anda menemukan kalimat utama, penjelas, dan ide pokok. Jawaban Anda tuliskan pada kolom yang sudah tersedia Kalimat utama: Kalimat penjelas: Ide pokok: LK. 4.9 Menentukan makna kalimat yang selaras Tentukanlah makna selaras yang timbul dari kalimat-kalimat atau teks berikut! 1. Seorang ibu pulang dari berjualan di pasar pada pukul 13.00. Dilihatnya anaknya yang masih kelas 4 SD asyik bermain bersama teman- temannya di halaman rumah. Melihat ibunya datang si anak menghampiri dan membawakan keranjang belanjaan ibunya. Si ibu bertanya, “Kamu sudah makan?” Anaknya menjawab, “Bapak belum pulang.” 2. Direktur: “Bawa ke sini semua berkas itu biar saya tandatangani dulu.” 3. Sekretaris: “Maaf, Bu, kasihan sekali nenek tua itu.” LK. 4.10 Meringkas, merangkum/ikhtisar, dan menyimpulkan Buatlah ringkasan, rangkuman/ikhtisan, dan simpulan berdasarkan wacana di bawah ini. Razia terhadap warga yang tidak memasang bendera merah putih bertepatan dengan hari Ulang Tahun Proklamasi merupakan yang pertama kali dilakukan Pemda DKI Jakarta. Masyarakat banyak yang tidak mengetahui akan adanya peraturan pemerintah tentang kewajiban 52 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B memasang bendera karena tidak pernah disosialisasikan. Bertepatan dengan hari ulang tahun Republik Indonesia, Suku Dinas Tramtib Jakarta Selatan menggelar razia terhadap pemilik rumah dan perkantoran yang tidak memasang bendera merah putih. Warga yang terjaring langsung disidang di Kantor Kelurahan Wijaya, Kecamatan Kebayoran Baru. Sejumlah petugas Tramtib mendatangai satu rumah di Kelurahan Wijaya Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, karena tidak memasang bendera merah putih. Petugas tersebut langsung mendata dan meminta kartu tanda penduduk pemilik rumah untuk didaftarkan di persidangan yustisi. Dalam operasi yang berlangsung selam 3 jam tersebut, didapati 20 rumah dan perkantoran yang tidak memasang bendera di halaman depan. Pihak Tramtib melakukan razia berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1958. LK. 4.11 Fakta dan opini Tentukanlah kalimat fakta dan kalimat opini yang terdapat dalam teks berikut! AMBRUKNYA JEMBATAN KAMI Jembatan menghubungkan bagian-bagian kota yang terpisah oleh sungai.Banyak juga titian yang menghubungkan satu desa dengan desa yang lain. Salah satunya adalah jembatan bambu yang menghubungkan Desa Cibanteng dan Desa Babakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.Di bawah jembatan itu mengalir Sungai Cihideung.Minggu (19/2) pagi terjadi musibah saat jembatan bambu nonpermanen dilewati oleh 22 warga. Mereka jatuh dari ketinggian lima meter di atas sungai berarus deras. Empat belas warga bisa selamat, seorang meninggal, dan tujuh lainnya belum ditemukan. Mengikuti berita tersebut, kita amat sedih dan prihatin.Hati kita bersama dengan keluarga korban dan berharap semoga korban yang masih hilang bisa segera ditemukan.Selebihnya kita ingin menggarisbawahi soal masih terbatasnya infrastruktur di banyak wilayah. Di musim hujan seperti ini, penggunaan fasilitas seperti jembatan yang ambruk di Bogor ini memang berisiko. Namun, pada sisi lain, warga tak punya banyak pilihan, atau bahkan tak punya pilihan, untuk pergi ke desa lain kecuali dengan menggunakan jembatan yang ada, walaupun mungkin jembatan tersebut Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 53 kurang aman. Post-factum Bupati Bogor Rahmat Yasin mengatakan, pihaknya akan mendata jembatan-jembatan sejenis yang rentan ambruk. Kita berharap lebih lanjut setelah pendataan akan dilakukan pembuatan jembatan yang lebih kuat dan lebih aman sehingga ancaman terulangnya musibah serupa dapat dihilangkan. Kita juga tertarik dengan pernyataan Bupati Bogor, bahwa sebelum ini pihaknya telah mendapat masukan dari IPB (tentang kondisi darurat jembatan) hingga ia pun lalu memperingatkan warga agar tidak menggunakan jembatan darurat. Sebetulnya yang lebih tepat adalah begitu mendapat masukan, Pemkab Bogor bisa proaktif mendata dan meluncurkan program darurat untuk membangun jembatan yang benar-benar dibutuhkan warga di satu daerah. Dalam lingkup lebih luas, kita juga bisa memberikan catatan, bahwa rasa urgensi kita terhadap infrastruktur masih lemah.Ada banyak keluhan tentang jalan, pelabuhan, bahkan juga bandara, tetapi laju pembangunannya terasa lamban. Kalau yang di kota-kota besar atau yang di dekat pusat pemerintahan saja pembangunan infrastrukturnya lamban, apalagi di daerah atau di pedalaman. Di bagian dunia yang lain kita melihat membangun infrastruktur justru dijadikan sebagai pendorong aktivitas ekonomi. Kita yakin, pengembangan infrastruktur memiliki efek berganda, dan ini yang semestinya dapat dilihat oleh para pengelola pemerintahan. Sudah semestinya peristiwa ambruknya jembatan di Kabupaten Bogor itu kita jadikan momentum untuk menggiatkan pembangunan infrastruktur di daerah, agenda yang semestinya juga menjadi bagian integral dari program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi yang dilancarkan pemerintah saat ini. (Kompas, 21 Februari 2012) 54 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B LK. 4.12 Diagram Cermati diagram berikut dengan saksama. Tuliskanlah data yang terdapat dalam diagram tersebut ke dalam bentuk uraian, minimal lima kalimat! F. Rangkuman Setelah Anda memahami konsep membaca dan berlatih menemukan kalimat utama, kalimat penjelas, ide pokok, makna selaras, merangkum, meringkas, menyimpulkan, fakta, opini dan memahami diagram, maka selanjutnya untuk memperkuat wawasan Anda silakan baca dan pahami rangkuman berikut ini. a. Hakikat membaca Hakikat membaca, aktifitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktifitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktifitas yang dilakukan pada saat membaca. b. Pengertian membaca Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Jadi, membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa, proses aktif, bertujuan, serta memerlukan strategi tertentu sesuai dengan tujuan dan jenis membaca. c. Tujuan membaca Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 55 Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. d. Jenis membaca Ada dua jenis membaca, yaitu membaca bersuara dan membaca tidak bersuara. Membaca bersuara meliputi: membaca nyaring, membaca teknik, membaca indah. Membaca tidak bersuara (membaca diam) meliputi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca ide, membaca kritis, membaca telaah bahasa, membaca skimming (sekilas), membaca cepat. e. Manfaat membaca Manfaat membaca antara lain adalah sebagai berikut. (1) Menambah kosakata, tatabahasa, dan sintaksis. (2) Mengalami perasaan dan pemikiran yang paling dalam. (3) Memicu imajinasi. (4) Memaksa nalar, pengurutan keteraturan dan pemikiran logis untuk dapat mengikuti jalan cerita atau memecahkan suatu misteri G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah mempelajari kegiatan ini, apakah Anda sudah memahami dan menemukan kesulitan/hambatan selama kegiatan? Untuk itu silakan menuliskannya pada kolom di bawah ini. 56 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B H. Pembahasan Latihan/Kasus/Tugas Setelah Anda mengerjakan tugas melalui LK, selanjutnya silakan cocokkan hasil pekerjaan Anda dengan kunci jawaban berikut ini. LK.4.7 Kalimat Utama: Ujian nasional selalu menjadi topik menarik untuk dibahas setiap tahun. Kalimat penjelas: Ada pada kalimat kedua hingga kalimat keenam. Ide pokok: Ujian nasional. LK. 4.8 Makna selaras 1. Anak itu mau makan setelah bapaknya pulang 2. Sebelum pergi, direktur terlebih dahulu menandatangani semua berkas yang ada. 3. Minta maaf kepada ibunya tidak dapat mengerjakan tugas karena akan menolong nenek. LK. 4.9 Meringkas: Razia terhadap warga yang tidak memasang bendera merah putih oleh Pemda DKI. Razia dilakukan oleh pemda DKI Jakarta Selatan. Dalam razia tersebut terjaring 20 rumah dan perkantoran yang tidak memasang bendera. Petugas langsung mendata dan melihat KTP penduduk untuk disidang di Yustisi. Razia dilakukan berdasarkan PP Tahun 1958. Merangkum/ikhtisar: Berdasarkan PP Tahun 1958, Pemda DKI Jakarta Selatan mengadakan razia yang tidak memasang bendera merah putih. Hasil razia tersebut adalah terjaringnya 20 rumah dan berkantoran yang tidak memasang bendera. Petugas langsung mendata dan meminta kartu tanda penduduk pemilik rumah untuk didaftarkan di persidangan yustisi. Menyimpulkan: Petugas pemda DKI Jakarta Selatan melakukan razia terhadap warga yang tidak memasang bendera merah putih. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 57 LK. 4.10 Fakta opini LK. 4.11 Diagram Nilai Ulangan matematika Siswa kelas VI Jumlah siswa kelas VI adalah 11 orang. Adapun nilai ulangan matematikanya adalah sebagai berikut: Nilai tertinggi adalah 10 didapatkan oleh 3 orang siswa. Sementara nilai 9 didapatkan 8 siswa. Nilai 8 didapatkan 11 siswa, nilai 7 didapatkan 7 siswa, 4 siswa mendapatkan nilai 6, 4 siswa mendapatkan nilai 5, dan 3 siswa mendapatkan nilai 4. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai ulangan matematika bagi siswa kelas VI hasinya baik, karena nilai rata-rata siswa 8. 58 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B III. Keterampilan Berbahasa Indonesia : Menulis Prinsip dan prosedur berbahasa secara deskrit: menyimak, berbicara, membaca, menulis A. Tujuan Setelah mempelajari modul ini, Anda dapat menjelaskan menjelaskan prinsip dan prosedur berbahsa tulis dan dapat mengaplikasikan prinsip dan prosedur tersebut dengan baik. B. Indikator Ketercapaian Kompetensi Kompetensi Guru Indikator Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menulis) 20.4.1 Mengaplikasi prinsip dan prosedur berbahasa secara lisan (berbicara dan menyimak) dan tertulis (membaca dan menulis) 20.4.2 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara deskrit: menyimak, berbicara, membaca, menulis 20.4.3 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara integratif: menyimak, berbicara, membaca, menulis. 20.4.4 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa berdasarkan konteks (akademis, formal, vokasional). 20.4.5 Mengaplikasikan prinsip dan prosedur berbahasa secara tertulis produktif. Menulis: fiksi (pantun, puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) dan nonfiksi (catatan harian, iklan, surat, memo, pengumuman, laporan, esai, artikel, karya ilmiah). Jenis-jenis karangan: deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 59 C. Uraian Materi Prinsip dan Prosedur Berbahasa secara Tertulis Pengertian dan Konsep Menulis, Karekteristik Menulis, Tahap-Tahap Menulis, , Jenis-Jenis Tulisan 1. Karakteristik Keterampilan Menulis Setiap guru keterampilan menulis harus sudah memahami karakteristik keterampilan menulis karena sangat menentukan dalam ketepatan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian keterampilan menulis. Sudah dapat dipastikan tanpa memahami karakteristik keterampilan menulis guru yang bersangkutan tak mungkin menyusun perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran menulis yang akurat, bervariasi, dan menarik. Ada empat karakteristik keterampilan menulis yang sangat menonjol, yakni; a. keterampilan menulis merupakan kemampuan yang komplek; b. keterampilan menulis condong ke arah skill atau praktik; c. keterampilan menulis bersifat mekanistik; d. penguasaan keterampilan menulis harus melalui kegiatan yang bertahap atau akumulatif. 2. Tahap-Tahap Menulis a. Perencanaan Karangan Menurut Sabarti dkk. (1995:6), secara teoretis proses penulisan meliputi tiga tahap utama, yaitu prapenulisan, penulisan, dan revisi. b. Pemilihan Topik Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika menulis suatu karangan menentukan topik. Hal ini untuk menentukan apa yang akan dibahas dalam tulisan. Ada beberapa yang harus dipertimbangkan dalam memilih topik yaitu; 60 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 1) topik itu ada menfaatnya dan layak dibahas 2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis; 3) topik itu dikenal baik oleh penulis; 4) bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai; 5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. Proses penulisan tersebut sebagai berikut. 1) Draf kasar; membuat draf dimulai dengan menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan.. 2) Berbagi; sebagai penulis kita sangat dekat dengan tulisan sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Oleh sebab itu, kita perlu meminta orang lain untuk membaca dan memberikan umpan balik.. 3) Penulisan kembali; tulis kembali tulisan Anda, masukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan. 4) Evaluasi; periksalah kembali untuk memastikan bahwa Anda telah menyelesaikan apa yang Anda rencanakan dan apa yang ingin Anda. sampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang terus berlangsung, tahap ini menandai akhir proses menulis. 3. Paragraf Dalam Tulisan Paragraf merupakan sarana menuangkan gagasan dengan arti kata segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, yang tersusun dengan sebaik-baiknya dalam bentuk paragraf sehingga gagasan kita dapat dipahami dengan mudah. 1. Jenis-jenis Tulisan Secara umum, tulisan terbagi ke dalam jenis-jenis berikut: narasi, eksposisi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Di berikut ini akan dijelaskan satu per satu. a. Eksposisi Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan yang berusaha menerangkan, menguraikan atau Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 61 menganalisis suatu pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang. Contoh eksposisi : Masa remaja adalah saat yang penuh kesenangan dan kegembiraan. Namun, masa itu juga merupakan saat mulai timbulnya jerawat. Suatu pertanda bahwa Anda telah memasuki masa dewasa, namun merupakan suatu hal yang Anda harapkan tidak begitu tampak. Cobalah Clearasil krem pengobatan jerawat. Clearasil memiliki tiga daya ampuh yang khas untuk membantu mempercepat proses penyembuhan jerawat serta membantu menghindari timbulnya jerawat baru. Jadikanlah dirimu salah satu dari berjuta-juta pemakai Clearasil di dunia dan tampilkan wajah Anda dengan banggga ! b. Deskripsi Deskrisi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata- kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi mengharapkan pembacanya, melalui tulisannya, dapat ‘ melihat’ apa yang dilihatnya, dapat ‘mendengar’ apa yang didengarnya, ‘merasakan’ apa yang dirasakanya, serta sampai kepada ‘kesimpulan’ yang sama dengannnya. Contoh deskripsi Pasar Blaura merupakan pasar perbelanjaan yang sempurna. Semua barang ada di sana. Di bagian terdepan berderet toko sepatu dalam dan luar negeri. Di lantai satu terdapat toko pakaian yang lengkap berderet-deret. Di sampaing kanan pasar terdapat stan-stan kecil penjual perkakas dapur. Di samping kiri ada pula jenis buah-buahan. Pada bagian belakang kita dapat menemukan berpuluh-puluh pedagang kecil yang berjualan makanan dan minuman. Belum lagi kalau kita melihat lantai di atasnya (Adisampurno. 2003: 11) 62 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B c. Narasi (kisahan) Narasi atau kisahan merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia (tokoh) berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau pendengar tentang sesuatu yang telah diketahui atau sesuatu yang dialami oleh penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi latar dan adanya alur atau konflik. Contoh. Sore itu kami pergi ke rumah Puspa. Sopir kusuruh memakirkan mobil. Kemudian, kami memasuki gang kecil. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sebuah rumah yangh sederhana seperti rumah-rumah di sekitarnya. Rumah-rumah itu tanpak tidak semewah rumah-rumah gedung yang terletak di pinggir jalan. Pintu rumah yang sederhana itu terbuka pelan. Seorang gadis berlari dan memelukku. Gadis itu tiba-tiba pinsan dan terkulai lemas dalam pelukanku ( Pusat Bahasa .2003: 47). d. Argumentasi Argumentasi merupakan corak tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau mempengaruhi pembaca agar amenerima pendapanya. Argumentasi berusaha meyakinkan pembaca. Contoh. Kedisiplinan lalu lintas masayarakat di Jakarta cenderung menurun. Hal ini terbukti pada bertambahnaya jumlah pelanggarannya yang tercatat di kepolisian. Selain itu, jumlah korban yang meninggal akibat kecelakaan pun juga semakin meningkat. Oleh karena itu, kesadaran mesyarakat tentang kedisplinan berlalu lintas perlu ditingkatkan (Pusat Bahasa. 2003: 45). Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 63 e. Persuasi Persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-ajuk, ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain, persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa. Contoh: Generasi 1945 telah berjuang dengan jiwa dan raga untuk merebut dan menegakkan kemerdekaan. Apa yang mereka lakukan bukan semata-mata untuk diri sendiri, tetapi juga untuk generasi penerus. Setiap generasi memikul beban berupa warisan yang harus dipelihara sebaik-baiknya. Warisan adalah amanat. Melecehkan amanat sama maknanya dengan memalsukan sumpah. Hal ini yang tidak boleh dilakukan oleh generasi mana pun. 2. Iklan Baris Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi persuasif yang merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang bermaksud membujuk khalayak untuk memanfaatkan barnga atau jasa. Banyak jenis-jenis iklan yang dapat digunakan untuk membujuk guna mengenal pesan yang disampaikan melalui iklan. Hanya saja komunikasi persuasif dalam periklanan memiliki audien yang tidak mengetahui secara pasti sumber pengirim, keputusan yang mereka buat, tergantung pada seberapa besar komunikator memengaruhi atau meyakinkan mereka. 64 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B D. Aktivitas Pembelajaran 1. Pendahuluan Silakan Anda pahami tujuan, kompetensi, dan indikator pencapaian kompetensi pada kegiatan pembelajaran ini supaya pembelajaran lebih terarah dan terukur. 2. Curah Pendapat Pada kegiatan ini Anda diminta untuk menyebutkan berbagai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, khususnya pada saat menulis. Sebagai langkah awal dan agar kegiatan curah pendapat berjalan dengan baik, Anda dapat mengisi pertanyaan berikut ini. 3. Diskusi Kelompok Langkah kegiatan : - Kelas dibagai menjadi empat kelompok besar sesuai dengan topik bahasan yaitu Kelompok 1 : pengertian dan konsep menulis, Kelompok 2 : karakteristik menulis dan tahap-tahap menulis Kelompok 3: jenis-jenis menulis deskripsi, eksposisi, narasi, argumentasi, dan persuasi, Kelompok 4: iklan, pengumuman. - Presenrasi hasil diskusi dan saling mengomentari • Perlukah guru bahasa Indonesia mengetahui dan memahami pengertian menulis • Adakah perbedaan antara yang memahami konsep dengan yang tidak memahami konsep menulis ? • Apakah Bapak/ Ibu pernah mengalami kesulitan dalam hal melaksanakan menulis? Coba sebutkan! Apa yang menyebabkannya? • Jika seorang guru dalam membelajarkan menulis hanya menguasai kosep dan hakikat menulis. Apakah guru tersebut dapat membelajarkan menulis dengan tepat jika tidak menguasai teknik-teknik Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 65 4.Praktik menulis - Peserta diminta memilia salah satu jenis tulisan berikut : fiksi (pantun, puisi, cerpen, dongeng, novel, drama) dan nonfiksi (catatan harian, iklan, surat, memo, pengumuman, laporan, esai, artikel, karya ilmiah). Jenis- jenis karangan: deskripsi, narasi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi (fasilitator membagi secara proporsional agar semua jenis tulisan terakomodasi). - Setelah selesai, peserta saling membaca dan memberi komentar terhadap tulisan tenam satu kelompoknya. - Merevisi hasil tulisan teman satu kelompok - Pemajangan hasil karya peserta 5. Kesimpulan dan penguatan. E. Latihan/ Kasus /Tugas LEMBAR KERJA Ada berapa beberapa konsep dan pengertian menulis. Setelah membaca modul, Anda dapat merumuskan hakikat menulis! LK-20.5.1 LK-20.5.2 Hal- hal yang ditemui dalam proses pembelajaran yang Anda temui sesuai dengan materi modul. 66 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B LK-20.5.3 Ada beberapa jenis-tulisan, pilih salah satu jenis tulisan, kemudian tuliskan! LK-20.5.4 Susunlah sebuah ilustrasi iklan kemudian buatlah kalimat iklan sesuai ilustrasi tersebut! F. Rangkuman Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar “menuliskan” kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur menulis. Menulis juga merupakan peletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa.. Karakteristik keterampilan menulis sangat menentukan dalam ketepatan penyusunan perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian keterampilan menulis. Keterampilan menulis menuntut kemampuan yang kompleks. Penulisan sebuah karangan yang sederhana sekalipun menuntut kepada penulisnya kemampuan memahami apa yang hendak ditulis dan bagaimana cara menulisnya. Persoalan pertama menyangkut isi karangan dan persoalan kedua menyangkut pemakaian bahasa serta bentuk atau struktur karangan. Paragraf merupakan sarana menuangkan gagasan dengan arti kata segala sesuatu yang kita rasakan, berupa rangkaian kata, yang tersusun dengan sebaik-baiknya dalam bentuk paragraf sehingga gagasan kita dapat dipahami dengan mudah. Paragraf pada dasarnya adalah miniatur sebuah karangan. Kalau sebuah karangan mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam tesis, paragraf mempunyai tujuan yang dinyatakan dalam kalimat topik. Seperti halnya sebuah karangan yang utuh, paragraf juga harus mempunyai struktur yang jelas. Kalau karangan dikembangkan oleh uraian yang memadai, gagasan utama yang terkandung dalam setiap paragraf juga harus terurai tuntas. Dengan kata lain, proses pembuatan paragraf pun tidak jelas berbeda dengan proses pembuatan sebuah karangan. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Setelah Anda mempelajari modul ini dengan materi menulis, apakah yang Anda rasakan manfaat mempelajari materi menulis tersebut, terutama sehubungan dengan aktivitas pembelajaran siswa di sekolah? 2. Apakah yang Anda lakukan terhadap pembelajaran di sekolah sehubungan dengan perolehan pengetahuan tentang materi menulis? H. Pembahan dan Kunci Jawaban LK-20.5.1 Menulis adalah menggunakan simbol grafis untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaan secara sistematis dengan memperhatikan struktur dan kaidah penulisan yang baik dan benar sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahami dengan baik pula. 68 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 69 PENUTUP Dengan mempelajari materi Kedudukan Bahasa Indonesia dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi B ini, Anda dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang ragam bahasa. Di samping itu, Anda juga memiliki keterampilan berbahasa dalam berbicara, membaca, dan menulis secara integratif. Mudah-mudahan materi yang disajikan ini dapat memotivasi Anda untuk meningkatkan kompetensi Anda sebgai guru yang profesional. 70 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 71 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Mukhsin.1990.Strategi Belajar Mengajar Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3 Malang. Akhadiah, Sabarti, et al. 1996. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: IKAPI. Alisjahbana, Sutan Takdir. 1993. Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Alwi, Hasan (Penyunting). 1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan (Penyunting). 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan.1994. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Sinar Baru. Arifin, Zainal E. 1985. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Antarkota.. Arsjad, Maidar dkk. 2002. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Badudu, J.S. 1981. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Bleicher, Josef. 2003. Hermeneutika Kontemporer. Diindonesiakan oleh Ahmad Norma Permata. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.. Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.. Dardjowidjojo, S. 2012. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor. Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.. Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat Bahasa. 72 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B E. Owens, Robert. Jr. 2012. Language Development an Introduction. New Jersey: Pearson Education,Inc. Eagleton, Tery. 1983. Literary Theory: An Introduction. London: Basil Blackwell. Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1993. An Introduction to Language. Florida: Harcourt Brace Jovanovich Collage. Gere, Anne Ruggles. 1985. Writing and Learning an Overniew. New York: Macmilan Publishing Company. Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikasi-Interaktif. Bandung: Refika Aditama. Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi. Given, Barbara K. 2007. Brain-Based Teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa. Gunning, Robert. 1952. The technigue Of Clear Writing. New York: Mc Graw-Hill. Guntur, Hendri Taringan. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa. Hadiyantoro. 2001. Membudayakan Kebiasaan Menulis. Jakarta: Fikahati Aneska. Hafni, 1981. Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca. Jakarta Proyek Pengembangan Pendidikan Guru. Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara. Harjasujana, Ahkmad Slamet . 1999. Membaca: Makalah Disampaikan dalam Diklat MMAS di PPPG Bahasa. Jakarta. Heaton, J.B. 1975. Writing English Language Test. USA: Longman Handook. Kosasih, E. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan, Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 73 Kridalaksana, Harimurti. 1981. Bahasa Indonesia Baku: dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, Jilid II, Tahun 1981, 17-24. Jakarta: Bhratera. Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa. Kusno. 1990. Pengantar Tata Bahasa Indonesia. Bandung: Remaja Kosda Karya. Lubis, Hamid Hasan. 1994. Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa Moeliono, Anton. M., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ngurah Oka, I Gusti. 1983. Pengantar Membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional. Nurhadi. 2000. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA 3 Malang.. Semi, Atar. 1998. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Seung, T.K. 1999. Semiotic and Thematic in Hermeneutic. Diindonesiakan oleh Mahasiswa PPS UGM 1999. New York: Columbia University. Soedasono. 1991. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sokal, Alan D. 1994. Transgressing the Boundaries: Towards A. Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity. New York: Departement of Physics New York University... Syah, M. 1997. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa . Bandung. Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 74 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B Tasai, S. Amran dan E. Zaenal Arifin. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Verhaar. J.M.W. 1977. Pengantar Linguistik. Jakarta: Gadjah Mada. Wijayanti, Sri Hafsari. 2003. ”Ketaksaan Gramatikal dan Leksikal dalam Bahasa Indonesia”. Jurnal. Jakarta: UNJ. Wojowasito, S. 1978. Ilmu Kalimat Strukturil. Bandung: Shinta Dharma. Yuwono, G.B. & Iryanto, Tata. 1987. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Surabaya: Penerbit Indah Surabaya Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 75 GLOSARIUM afektif: berkenaan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap sustu objek. afektif: sikap afiksasi: pemberian imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar alomorf: anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama amanat adalah suatu ajaran moral yang ingin disampaikan pengarang arbitrer: sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, mana suka. audible: tanda yang dapat didengar pada keterampilan berbicara. bahasa baku : ragam bahasa yang diterima untuk dipakai dalam situasi resmi, seperti dalam perundang-undangan, surat-menyurat, dan rapat resmi. bahasa nasional: kedudukan atau status yang disandang bahasa indonesia sejak ikrar sumpah pemuda 1928 dicetuskan. bahasa negara: kedudukan atau status bahasa indonesia yang lahir sehari setelah kemerdekaan ri seiring dengan ditetapkannya konstitusi uud 1945. pemahaman awal: kemampuan yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. bentuk alat evaluasi: golongan alat evaluasi menurut penggolongan menjadi tes tertulis, unjuk kerja, skala bertingkat, pengamatan, portofolio, dsb. berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya. ceramah: kelompok berbicara satu arah; pembicara menyampaikan gagasannya kepada pihak lain dan tidak memerlukan reaksi sesaat dalam bentuk bicara yang berupa. concentrative listening: menyimak konsentratif 76 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B creative listening: menyimak kreatif critical listening : menyimak kritis. debat: kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. diagram: lambang-lambang tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan sarana, prosedur, serta kegiatan yang biasa dilaksanakan dalam suatu sistem. disebut juga bagan diskrit: tersendiri/terpisah, dikaitkan keterampilan berbicara sebagai kererampilan tersendiri. diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. diskusi: adalah suatu pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan dengan tujuan mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. drill & practice : praktik dan latihan efek: dampak atau pengaruh eksperimen merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri. ekspositori adalah metode pembelajaran yang menekankan proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. exploratory listening: menyimak eksplorasif fakta: sesuatu yang nyata berdasarkan data-data yang terlihat dan merupakan peristiwa yang ada dan benar-benar telah terjadi berdasarkan bukti-bukti yang kuat. fonologi : bagian dari tata bahasa atau ilmu bahasa yang mempelajari bunyi- bunyi ujaran suatu bahasa. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 77 fonologi: ilmu tentang bunyi bahasa hubungan wajib antara lambang bahasa dengan konsep yang dimaksud frasa: satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif grafik lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar grafologi: ilmu tentang aksara atau sistem tulisan hearing: mendengarkan ide pokok: ide atau tema yang menjiwai paragraf implisit: termasuk (terkandung) di dalamnya (meskipun tidak dinyatakan secara jelas atau terang-terangan); tersimpul di dalamnya; terkandung halus; tersirat inquiri: menekankan kepada kemampuan siswa di dalam proses mencari dan menemukan sesuatu, entah itu yang berupa konsep, karakteristik suatu materi pelajaran, contoh, dan sebagainya. integrative: mengenai keseluruhannya meliputi seluruh bagian yang perlu untuk menjadikan lengkap, utuh, bulat, sempurna. integritas: keterpaduan sikap dan perilaku dalam aktivitas kelas sehari-hari. interaksi: suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek interpreting: menginterpretasikan interrogative listening: menyimak interogatif, sang penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan kalimat penjelas kalimat-kalimat yang menjelaskan ide pokok kalimat utama kalimat yang di dalamnya berisi ide pokok paragraf karakter: ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian dari seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik. kasus: keadaan yang sebenarnya dr suatu urusan atau perkara; keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dng seseorang atau suatu hal 78 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B keandalan tes (reliabilitas): kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur; kemampuan alat ukur memberikan hasil yang ajeg atau konsisten. kemampuan intelektual: tingkat kecakapan, kecerdasan dan keahlian seorang komunikator kerangka acuan: suatu perspektif dari mana suatu sistem diamati. khotbah:pesan atau nasihat-nasihat agama yang disampaikan dengan memperlihatkan rukun dan tatacara tertentu. kognitif: kemampuan yang berkenaan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. kognitif: kemampuan yang berkenaan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. konvensi: kesepakatan konvensional: semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi lainnya manusia kredibilitas: kewibawaan seorang komunikator di hadapan komunikan. membaca ekstensif: merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan cepat dan singkat membaca intensif: membaca secara teliti bertujuan memahaminya isi secara rinci membaca kreatif: pembaca tidak hanya menangkap makna tersurat antarbaris dan makna di balik baris tetapi kreatif menerapkan hasil membacanya untuk kepentingan sehari-hari membaca kritis: mengolah bahan bacaan secara kritis dan menemukan keseluruhan makna bahan bacaan, baik makna tersurat, maupun makna tersirat membaca sekilas atau skimming: membaca cepat untuk mendapatkan informasi secara cepat Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 79 membaca survey: kegiatan membaca untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan bacaan menyimak ekstensif: sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran menyimak intensif: menyimak pemahaman. menyimak kritis: aktivitas menyimak yang para penyimaknya tidak dapat langsung menerima gagasan yang disampaikan pembicara sehingga mereka meminta argumentasi pembicara. menyimak: mendengarkan lambang-lambang bunyi yang dilakukan dengan sengaja dan penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, interpretasi, reaksi, dan evaluasi untuk memperoleh pesan, informasi, menangkap isi, dan merespon makna yang terkandung di dalamnya. morfologi: ilmu bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata. morfologi: cabang linguistik yang mempelajari masalah morfem dan kombinasinya oleh lambang tersebut opini: pendapat seseorang tentang sesuatu masalah yang berisi ide outline: kerangka pembelajaran: proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. pembelajaran: proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. pragmatik: cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara pra-operasional: tahap perkembangan anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar psikomotor: gerak ragam bahasa tulis: ragam bahasa yang memiliki ciri-ciri tidak memerlukan teman bicara; tidak tergantung kondisi, situasi dan ruang serta waktu; memperhatikan unsur gramatikal; berlangsung lambat; selalu memakai alat bantu; kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi; tidak 80 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, dan hanya terbantu dengan tanda baca. ragam bahasa: variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta medium pembicara. ragam fungsional: adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi lembaga lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. ragam lisan: ragam bahasa ujaran yang memiliki ciri-ciri: rmemerlukan orang kedua/teman bicara; tergantung situasi; kondisi; ruang dan waktu; tidak harus memperhatikan unsur gramatikal; hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh; berlangsung cepat; dapat berlangsung tanpa alat bantu; kesalahan dapat langsung dikoreksi; dan dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi. ragam sosial: ragam bahasa yang sebagai norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil masyarakatnya. ragam standar dan nonstandar: ragam bahasa yang dikelompokkan berdasarkan topik yang sedang dibahas, hubungan antarpembicara, medium yang digunakan, lingkungan, dan situasi saat pembicaraan terjadi. rangkuman: bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang bebas, tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan secara proporsional. disebut juga ikhtisar reading for details or facts: membaca untuk memperoleh perincian atau fakta reading for inference: membaca untuk menyimpulkan refleksi : sebagai jawaban suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp): rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B 81 reseptif: keterampilan berbahasa yang bersifat menerima, contohnya keterampilan menyimak dan membaca. ringkasan: bentuk tulisan singkat yang disusun dengan alur dan sudut pandang yang sama seperti karangan aslinya selective listening: menyimak selektif semantic: bidang studi dalam lingusitik yang mempelajari makna atautentang arti. semantik: ilmu tentang makna kata dan kalimat semiotika: ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan sensori-motorik : tahapan perkembangan yang lebih mengutamakan gerakan reflek. signifiant : penanda lambang bunyi itu signifie: petanda konsep yang dikandung penandanya silabus: rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. simulasi : rangsangan sintagmatik: relasi antarmakna kata dalam satu frasa secara horizontal. sintaksis: cabang linguistik yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan (speech). sistem: susunan teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang sistematis: teratur menurut sistem; memakai sistem; dng cara yang diatur baik baik stimulus: rangsangan team teaching: metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. 82 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMA KK Profesional B teknik pembelajaran: cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. tutorial: bimbingan oleh seorang pengajar understanding: memahami unik: setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa universal: ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia variasi bahasa: bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing- masing memiliki pola yang menyerupai pola umum bahasa induksinya. wawancara: merupakan salah satu keterampilan berbicara yang digunakan sebagai metode pengumpulan bahan berita. peksanaannya bisa dilakukan secara langsung (tatap muka) atau secara tak langsung (melalui telepon, internet, atau surat).
Read More ->>

LINKS FROM ME (2)

GESKRIPSI


BLOG INI DIBANGUN OLEH GURU YANG INGIN MEMPERCEPAT ALUR INFORMASI DALAM IMPLEMENTYASI KURIKULUM 2013 KARENA ITU MOHON DO'A RESTU DAN MOTIVASI
Powered by Blogger.